Minggu, 07 Mei 2017

pengendalian gulma secara UUD

I.       PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Didalam budidaya suatu tanaman selalu ada persaingan antara tanaman yang dibudidayakan dan tumbuhan lain yang tidak diinginkan kehadirannya pada lahan budidaya yang sering disebut dengan gulma.
Gulma adalah  suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat  atau disekitar tanaman pokok tersebut (Ashton, 1991).  Pendapat para ahli gulma yang lain  ada yang mengatakan  bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu  atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian. Sehingga perlu dilakukan pengendalian terhadap gulma ini untuk menjaga produksi tanaman budidaya.
Pengertian dari pengendalian gulma (control) harus dibedakan dengan pemberantasan (eradication). Pengendalian gulma (weed control) dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien. 
Dalam pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan dan atau mengurangi populasinya sampai pada tingkat dimana penurunan produksi yang terjadi tidak berarti atau keuntungan yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat mungkin seimbang dengan usaha ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomik atau tidak melampaui ambang ekonomik (economic threshold), sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol. . 
Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok. 
Terdapat beberapa metode/cara pengendalian gulma yang dapat dipraktekkan di lapangan. Salah satu upaya pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara menerapkan kebijakan kebijakan melalui perundang undangan untuk mengatur perkembangbiakan.
B.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui teknik pengendalian gulma dengan undang undang
2.      Untuk mengetahui langkah langkah pengendalian gulma dengan undang undang
3.      Untuk mengetahui kebijakan kebijakan untuk mengendalikan gulma dengan undang undang


II.    TINJAUAN PUSTAKA
Kompetisi ialah satu bentuk hubungan antar dua individu atau lebih yang mempunyai pengaruh negatif bagi kedua pihak. Kompetisi dalam suatu komunitas tanaman terjadi karena terbatasnya ketersediaan sarana tumbuh yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh normal (Aldrich, 1984).
Sifat-sifat karakteristik yang dimiliki oleh gulma maupun tanaman budidaya sangat mempengaruhi derajat kompetisi dan dimodifikasi oleh faktor lingkungan seperti iklim, perilaku tanah, dan organisme pengganggu tanaman (Trenbath, 1976).
Kompetisi terjadi sejak awal pertumbuhan tanaman. Semakin dewasa tanaman, maka tingkat kompetisinya semakin meningkat hingga suatu saat akan mencapai klimaks kemudian akan menurun secara bertahap. Saat (periode) tanaman peka terhadap kompetisi gulma disebut periode kritis. Di luar periode tersebut gulma tidak menurunkan hasil tanaman sehingga boleh diabaikan (Soejono, 2009).
Derajat kompetisi tertinggi terjadi pada saat periode kritis pertumbuhan. Hal tersebut disebabkan keberadaan gulma sangat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Periode kritis ialah periode atau saat dimana gulma dan tanaman budidaya berada dalam keadaan saling berkompetisi secara aktif (Zimdahl, 1980).
Mangoensoekarjo (1983) : "Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang nilainya negatif apabila tumbuhan tersebut merugikan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebaliknya tumbuhan dikatakan memiliki nilai positif apabila mempunyai manfaat atau daya guna bagi manusia."
Sukman dan Yakub (1995) : "Gulma adalah tumbuhan liar yang dapat berkembang biak secara vegetatif maupun generatif dan biji yang dihasilkan secara vegetatif maupun generatif adalah dengan rhizoma,stolon,dll. Pembiakan melalui spora umumnya dilakukan oleh bangsa pakisan sedangkan pembiakan biji dilakukan oleh bangsa gulma semusim atau tahunan."
Ashton dan Monaco (1991) : "Gulma adalah pesaing alami yang kuat bagi tanaman budidaya dikarenakan mampu memproduksi biji dalam jumlah yang banyak sehingga kerapatannya tinggi, perkecambahannya cepat, pertumbuhan awal cepatdan daur hidup lama."
Menurut King (1974) paling sedikit ada 30 definisi tentang gulma, beberapa di antaranya yang dimaksud gulma ialah tumbuhan yang salah tempat (a plant out of place); tumbuhan yang tumbuh liar dan berlebihan (wild and rank growth); tumbuhan yang tidak berguna (useless), tidak diinginkan (undesirable); dan tidak dikehendaki (unwanted).
Gulma berkembang biak secara generatif (biji) maupun vegetatif. Secara umum gulma semusim berkembang biak melalui biji. Biasanya produksi biji sangat banyak, bahkan dapt menghasilkan 40.000 biji dalam satu musim, misalnya jajagoan (Echinochloa crusgalli). Gulma tahunan lebih efisien perkembangbiakanya dari gulma semusim, karena gulma ini dapat tumbuh dengan biji atatu hanya secara vegetatif. Contoh teki dan alang-alang, kedua spesies gulma ini produksi bijinya tidak banyak, tetapi dapat tumbuh cepat melalui umbi dan rhizona (Sukman dan Yakup, 2002).
Gulma mempunyai perakaran serabut bagi gulma berdaun sempit (monokotil) atau berakar tunggang untuk gulma berdaun lebar (dikotil). Gulma mempunyai perakaran yang cukup luas dan dalam. Tanda-tanda seperti inilah yang menyebabkan gulma dapat bertahan dalam keadaan yang tidak menguntungkan untuk tanaman dan bahkan sebagai pertanda kuatnya saingan bersaing dengan tanaman yang ada di sekitarnya (Moenandir, 1993).
Kehadiran gulma pada lahan pertanian  atau pada lahan perkebunan dapat menimbulkan berbagai masalah. Secara umum masalah-masalah yang ditimbulkan  gulma pada lahan tanaman budidaya ataupun tanaman pokok adalah sebagai berikut. (1) Terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya)   dalam hal (2) Sebagian besar tumbuhan gulma  dapat mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat  toksin (racun), (3) Sebagai tempat hidup inang, (4) Mempersulit pekerjaan diwaktu panen maupun pada saat pemupukan. (5) Dapat menurunkan kualitas produksi (hasil) dari tanaman budidaya (Tjitrosoedirdjo et al. 1984)
Secara umum, faktor-faktor fisiologi yang berpengaruh dalam efek persaingan suatu gulma adalah: saat perkecambahan, luasnya area fotosintesis pada awal pertumbuhan, tingkat asimilasi netto, tingkat produksi daun susunan daun, sistem perakaran yang cepat dibentuk, luasnya penguasaan sistem perakaran, letak sistem perakaran, tingkat pengambilan unsur hara, air dan nitrogen, toleransi terhadap kekeringan, efisiensi penggunaan mineral, dan zat alelopati (Nasution, 1986).
Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar sesuatu yang secara bersamaan diperlukan oleh lebih dari satu pencari. Clement et al. (1929) mengutarakan bahwa kompetisi adalah proses fisika murni. Persaingan timbul dari reaksi 3 tanaman pada faktor fisik dan pengaruh faktor yang dimodifikasikan pada pesaing-pesaingnya. Dua tanaman meskipun tumbuh berdekatan, tidak akan bersaing bila bahan yang diperebutkan jumlahnya berlebihan. Bila salah satu bahan itu berkurang maka persaingan akan timbul (Triharso, 2004).
Persaingan untuk nutrisi yang terjadi antara tanaman budidaya dan gulma, nampaknya sulit diinterpretasikan secara teliti sebab pengaruh pemupukan dalam suatu pertanaman budidaya akan selalu ada dan adanya mikro organisme. Dalam tanah yang kaya nutrisi kehilangan hasil akibat adanya gulma cukup tinggi. Gulma pada hakikatnya juga membutuhkan nutrisi yang banyak, dan penyerapan pupuk bila ada juga lebih cepat. Persaingan untuk nutrisi, antara tanaman dan gulma tergantung pada kadar nutrisi yang terkandung dalam tanah dan tersedia bagi keduanya, dan tergantung pula pada kemampuan ke dua tanaman dan gulma menarik masuk ion-ion nutrisi tersebut (Moenandir, 1993).
Kompetisi gulma-tanaman pada sistem produksi tanaman dikaitkan dengan ketersediaan sarana tumbuh yang terbatas jumlahnya, seperti air, cahaya, unsur hara, CO2 dan ruang tumbuh. Kompetisi untuk memperebutkan sarana tumbuh ini disebut kompetisi langsung. Kompetisi tidak langsung terjadi melalui proses penghambatan pertumbuhan akibat adanya senyawa kimia (alelokimia) yang dikeluarkan tumbuhan yang berada di dekatnya. Beberapa faktor yang menentukan derajat atau tingkat kompetisi antara gulma dengan tanaman adalah jenis, kerapatan, distribusi, waktu kehadiran gulma, kultur teknis yang diterapkan dan allelopati (Sembodo, 2010).
Kelembaban atau kerapatan populasi gulma menentukan persaingan dan makin besar pula penurunan produksi tanaman. Gulma yang muncul atau berkembang lebih dulu atau bersamaan dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman. Persaingan gulma pada awal pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil, sedangkan persaingan dan gangguan gulma menjelang panen berpengaruh besar terhadap kualitas hasil. Perbedaaan cara penanaman, laju pertumbuhan dan umur varietas yang ditanam, dan tingkat ketersediaan unsur hara juga akan menentukan besarnya persaingan gulma dengan tanaman (Sukman dan Yakup, 2002).
Gulma merupakan penyebab utama kehilangan hasil tanaman budidaya lewat persaingan untuk cahaya, air, nutrisi, ruang dan lainya. Mungkin dengan adanya pengendalian yang terus menerus dapat merusak tanaman karena sentuhan mekanik dan dengan sendirinya akan dapat mengurangi hasil dan demikian seterusnya. Kehilangan hasil tersebut dapat pula didekati dengan membandingkan hasil dari lahan bergulma dan bebas gulma (Moenandir, 1993).
Alelopati diartikan sebagai pengaruh negatif satu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan dan pembuahan jenis-jenis tumbuhan lainya. Terdapat dua jenis alelopati yang terdapat di alam yaitu (1) alelopati yang sebenarnya dan (2) alelopati yang fungsional. Alelopati yang sebenarnya adalah pelepasan senyawa beracun dari tumbuhan ke lingkungan sekitarnya dalam bentuk senyawa beracun aslinya yang dihasilkan. Sedangkan alelopati yang fungsional ialah pelepasan senyawa kimia oleh tumbuh-tumbuhan ke lingkungan sekitarnya yang kemudian bersifat sebagai racun setelah mengalami perubahan yang disebabkan mikroba tanah (Sastroutomo, 1990).
Pengendalian gulma dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman budidaya lebih produktif. Dengan kata lain pengendalian bertujuan hanya menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomi atau tidak melampaui ambang ekonomi, sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol. (Sukman et al, 1991).
Pengendalian gulma dilakukan bila gulma tersebut sudah memasuki periode kritis dan harus diberantas. Ada enam metode pengendalian gulma yaitu: (1) preventif atau pencegahan yang bertujuan mengurangi pertumbuhan dan penyebaran gulma agar pengendalian dapat dikurangi atau ditiadakan (UUD)/ peraturan peraturan, (2) mekanik/fisik dilakukan secara manual atau menggunakan alat bantu, (3) kultur teknik bertujuan untuk memanipulasi lingkungan sehingga pertumbuhan gulma tertekan, (4) biologi (hayati) bertujuan untuk menekan populasi gulma dengan menggunakan organisme seperti serangga dan mikroba, (5) kimia dengan menggunakan herbisida, dan (7)terpadu dengan cara menggabungkan beberapa metode pengendalian gulma sehingga secara ekonomi menguntungkan dan secara ekologi dapat dipertanggungjawabkan (Sembodo, 2010).


III.       PEMBAHASAN
Dalam Peraturan Pemerintah NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN mengatakan bahwa, Perlindungan tanaman adalah segala upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan. Organisme pengganggu tumbuhan adalah semua organisme yang dapatmerusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan.
Perlindungan tanaman dilaksanakan pada masa pra tanam, masa pertumbuhan tanaman, dan atau masa pasca panen. Perlindungan tanaman pada masa pra tanam dilaksanakan sejak penyiapan lahan atau media tumbuh lainnya sampai dengan penanaman. Perlindungan tanaman pada masa pertumbuhan tanaman dilaksanakan sejakpenanaman sampai dengan panen. Perlindungan tanaman pada masa pasca panen dilaksanakan sejak sesudah panen sampai dengan hasilnya siap dipasarkan.
Perlindungan tanaman dilaksanakan melalui
A.    Pencegahan Masuknya Organisme Pengganggu Tumbuhan
Organisme pengganggu tumbuhan adalah semua organisme yang dapatmerusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian tumbuhan, pensegahan masuknya ke dalam atau tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia dilaksanakan dengan cara mengenakan tindakan karantina setiap media pembawa organisme pengganggu tumbuhan yang dimasukkan ke dalam atau dikirim dari suatu area ke area lain di dalamwilayah negara Republik Indonesia.
Pemasukan mediapembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina baik berupatumbuhan maupun bagian-bagian tumbuhan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia wajib:
a.       dilengkapi sertifikat kesehatan dari negara asal dan negara transit;
b.      dilakukan melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan;
c.       dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat-tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina.
Pengiriman media organisme pengganggu tumbuhan karantina baikberupa tumbuhanmaupun bagian-bagian tumbuhan dari suatu area ke arealain di dalam wilayah negara Republik Indonesia wajib:
a.       dilengkapi sertifikat kesehatan dari area asal;
b.      dilakukan melalui tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran yang telah ditetapkan;
c.       dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina.
Jenis organisme pengganggu tumbuhan karantina, tempat serta tata cara pemasukan dan atau pengeluaran  ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri.
Tindakan karantina berupa:
a.       pemeriksaan;
b.      pengasingan;
c.       pengamatan;
d.      perlakuan;
e.       penahanan;
f.       penolakan;
g.      pemusnahan;
h.      pembebasan.
Tindakan karantina dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang karantina tumbuhan. Dalam hal ditemukan atau terdapat petunjuk terjadinya serangan organisme pengganggu tumbuhan karantina di suatu area tertentu, Menteri dapat menetapkan area yang bersangkutan untuk sementara waktu sebagai kawasankarantina.
Pemasukan atau pengeluaran media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina baik berupa tumbuhan atau bagian-bagian dari tumbuhan ke dalam dan dari kawasan karantina dilakukan sesuai dengan ketentuan
B.     Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan;
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya, Pencegahan Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan dengan memadukan satu atau lebih teknis pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan.
Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan melalui tindakan pemantauan dan pengamatan terhadap organisme pengganggu tumbuhan dan faktor yang mempengaruhi perkembangan serta kerkiraaan serangan organisme pengganggu tumbuhan. Apabila dari hasil pemantauan dan pengamatan diperkirakan akan timbul kerugian, maka dilakukan tindakan pengendalian terhadap organisme pengganggu tumbuhan dengan memperhatikan faktor ekologi, sosial dan efisiensi, Tindakan pengendalian dilakukan baik dalam rangka pencegahan maupun penanggulangan organisme pengganggu tumbuhan.
Tindakan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan dengan:
a.       cara fisik, melalui pemanfaatan unsur fisika tertentu;
b.      cara mekanik, melalui penggunaan alat dan atau kemampuan fisik manusia;
c.       cara budidaya, melalui pengaturankegiatan bercocok tanam;
d.      cara biologi, melalui pemanfaatan musuh alami organisme pengganggu tumbuhan;
e.       cara genetik, melalui manipulasi gen baik terhadap organisme pengganggu tumbuhan maupun terhadap tanaman;
f.       cara kimiawi, melalui pemanfaatan pestisida; dan atau
g.      cara lain sesuai perkembangan teknologi.
Pelaksanaan tindakanpengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilakukan sesuai persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Menteri. Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan oleh:
a.       perorangan atau badan hukum yang memiliki dan/atau menguasai tanaman;
Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan oleh perorangan atau badan hukum dilaksanakan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.
b.      kelompok dalam masyarakat yang dibentuk untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan;
Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan oleh kelompok masyarakat dilaksanakan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri
c.       pemerintah.
Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan oleh Pemerintah dilakukan apabila terjadi eksplosi
Saranapengendalian organisme pengganggu tumbuhan dalam rangka perlindungan tanaman berupa:
a.       alat dan mesin;
Alat dan mesin dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung dalam pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. Alat dan mesin yang dimanfaatkan secara langsung) dimaksudkan untuk mematikan, melemahkan, mengusir, atau mengumpulkan organisme pengganggu tumbuhan. Alat dan mesin yang dimanfaatkan secara tidak langsung dimaksudkan untuk mendukung penggunaan musuh alami atau pestisida dalam rangka pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. Ketentuan lebih lanjut tentang persyaratan mengenai alat dan mesin serta tata cara penggunaannya diatur oleh Menteri.
b.      musuh alami;
Musuh alami dimanfaatkan untuk pengendalian organisme pengganggu tumbuhan secara biologi. Dalam hal musuh alami yang dibutuhkan harus didatangkan dari luar negeri, maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


1.      musuh alami tersebut belum ada di Indonesia;
2.      musuh alami yang ada di Indonesia belum cukup untuk mengendalikan serangan organisme pengganggu tumbuhan
3.      untuk keperluan penelitian dalam rangka perlindungan tanaman.
c.       pestisida
Penggunaan pestisida dalam rangka pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilakukan secara tepat guna. Penggunaan pestisida dalam rangka pengendalian organisme pengganggu tumbuhan yang mempunyai dampak terhadap kesehatan manusia dilakukan dengan memperhatikan persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja
C.    Eradikasi organisme pengganggu tumbuhan.
Eradikasi adalah tindakan pemusnahan terhadaptanaman, organisme pengganggu tumbuhan, dan benda lain yang menyebabkan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan di lokasi tertentu, Eradikasi dilakukan apabila serangan organisme pengganggu tumbuhan dianggap sangat berbahaya dan mengancam keselamatan tanaman secara meluas. Organisme pengganggu tumbuhan dianggap sangat berbahaya dan mengancam keselamatan tanaman secara meluas, apabila organisme pengganggu tumbuhan tersebut telah atau belum pernah ditemukan di wilayah yang bersangkutan dan sifat penyebarannya sangat cepat serta belum ada teknologi pengendaliannya tang efektif.
Selain dilakukan terhadap organisme pengganggu tumbuhan, eradikasi dapat puladilakukan terhadap:
a.       tanaman atau bagian tanaman yang terserang organisme pengganggu tumbuhan;
b.      tanaman atau bagian tanaman yang belum terserang tetapi diperkirakan akan rusak karena sifat organisme pengganggu tumbuhan yang ganas;
b.      inang lain; dan atau
c.       benda lain yang dapat menyebabkan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan.
Pelaksanaan eradikasi dilakukan secara selektif atau secara keseluruhan dengan tetap memperhatikan kelestaruan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara eradikasi diatur oleh Menteri.
Pelaksanaan eradikasi dilakukan oleh:
a.       perorangan atau badan hukum, yang memiliki dan atau menguasai tanaman atau benda lain yang harus dieradikasi; dan atau
b.      kelompok masyarakat yang berkepentingan, atas dasar musyawarah.
Dalam hal perorangan atau badan hukum yang memiliki atau menguasai tanaman, atau kelompok masyarakat yang berkepentingan tidak mampu melakukan eradikasi, maka Pemerintah dapat melakukan eradikasi Kepada pemilik yang tanaman dan atau benda lainnya dimusnahkan dalam rangka eradikasi dapat diberikan kompensasi atau bantuan.


IV.       KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dari peraturan pemerintah Indonesia No. 6 tahun 1996 mengenai perlindungan tanaman dapat disimpulkan bahwa perlindungan tanaman dapat dilakukan dengan cara :
1.      Eradikasi organisme pengganggu tumbuhan.
2.      Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan;
3.      Pencegahan Masuknya Organisme Pengganggu Tumbuhan


DAFTAR PUSTAKA
Anderson, W. P. 1977. Weeds Sains : Principle. West Publishing company. New York.

Anonimus, 1996. Peraturan pemerintah republik Indonesia No. 6 tahun 1996 tentang perlindungan tanaman. diakses pada 5 Mei 2016 melalui http://perundangan.pertanian.go.id/admin/p_pemerintah/PP-06-95.pdf.

Ashton, F. M. dan F. J. Monaco, 1991, Weed Science: Principle and Practice John Willey and Sons. Inc N. Y. pp. 419

Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta.

Mangoensoekarjo, S. 1983. Gulma dan Cara Pengendalian Pada Budidaya Perkebunan. Ditlintanbun, Dirjen Perkebunan, Departemen Pertanian.

Mueller-Dombois, D., & Ellemberg, H., 1974, Aims and Method of Vegetation Ecology, Jhon Wiley & Sons, New York.

Nasution, U. 1986. Gulma dan pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM): Tanjung Morawa.

Numata, M. 1971. Methodological Problems in Weed Ecological Research. Proc. The First Indonesia Weed Science Conference: 41-58.

Soerjani, M., A. J. G. H. Kostermans, dan Gembong T. 1987. Weeds of Rice in Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.

Soerjani, M., A. J. G. H. Kostermans, dan Gembong T. 1987. Weeds of Rice in Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.

Sukman dan Yakup, 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Ghalia Indonesia

Sukman, Y. dan Yakub. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers, Jakarta

Sutidjo, D. (1974). Dasar-Dasar Ilmu Pengendalian/Pemberantasan Tumbuhan Pengganggu. Bogor : Proyek Peningkatan Mutu PT.,IPB,

Rabu, 15 Maret 2017

Makalah Hidroponik



I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bercocok tanam merupakan kegiatan yang sejak dahulu telah dilakukan oleh nenek moyang kita. Kegiatan bercocok tanam lebih terkhusus pada sektor pertanian yang dapat menunjang kebutuhan ekonomi masyarakat/petani. Petani telah terbiasa melakukan sistem konvensional dalam bertani, yaitu dengan mengolahan lahan terlebih dahulu, kemudian menunggu hujan turun adalah waktu yang tepat untuk menanam. Tentu saja ini bukan lah kegiatan yang efektif jika dibandingkan antara zaman dahulu dan zaman modern seperti saat ini. Di Negara maju, kegiatan pertanian dapat dilakukan dengan praktis, lebih terkontrol dan terjadwal. Sistem bercocok tanam yang dikembangkan namun telah ada sejak dahulu yaitu sistem hidroponik. Hidroponik merupakan cara bercocoktanam tanpa menggunakan tanah. Tanah yang sejatinya merupakan tempat tumbuhnya tanaman dapat digantikan dengan media inert, seperti pasir, arang sekam, rockwool, kapas, kerikil, dll. Di daerah dengan lahan yang tidak produktif/margin, hidroponik menawarkan kegiatan pertanian yang dapat dikembangkan dengan baik. Pertanian hidroponik mampu memberikan hasil produksi dengan mutu yang tinggi yang dapat meningkatkan nilai jual tanaman tersebut.






II. PEMBAHASAN
2.1 Apa itu hidroponik (WHAT)
Hidroponik berasal dari kata Hydro (air) dan Ponos (pengerjaaan),sehingga hidroponik bisa diartikan bercocok tanam dengan media tanam air. Padaawalnya orang mulai menggunakan air sebagai media tanam mencontoh tanamanair seperti kangkung, sehingga kita mengenal tanaman hias yang ditanam dalamvas bunga atau botol berisi air. Sejarah hidroponik dimulai pada 3 abad yang lalu, pada tahun 1669 di Inggris sudah dilakukan pengujian tanaman hidroponik dalamlaboratorium. Kemajuan yang sangat berpengaruh terjadi pada tahun 1936, Dr.W.F. Gericke di California (AS) berhasil menumbuhkan tomat setinggi 3 m dan berbuah lebat dalam bak berisi air mineral. Pada tahun 1950 Jepang secara besar besaran menyebarkan cara bercocok tanam hidroponik untuk mensuplai sayuran bagi tentara pendudukan Amerika Serikat. Dari sini hidroponik terus menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia hidroponik mulai dikembangkan pada sekitar tahun1980.Hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan mediatumbuh dari tanah. Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air yangmengandung campuran hara. Dalam praktiknya sekarang ini, hidroponik tidakterlepas dari penggunaan media tumbuh lain yang bukan tanah sebagai penopang pertumbuhan tanaman
Menurut Raffar (1993), sistem hidroponik merupakan cara produksitanaman yang sangat efektif. Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi maksimumuntuk berproduksi dapat tercapai. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhansistem perakaran tanaman, di mana pertumbuhan perakaran tanaman yangoptimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian atas yang sangattinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan mengandungkomposisi garam-garam organik yang berimbang untuk menumbuhkan perakarandengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal.Hidroponik, menurut Savage (1985), berdasarkan sistem irigasisnya dikelompokkan menjadi: (1) Sistem terbuka dimana larutan hara tidak digunakankembali, misalnya pada hidroponik dengan penggunaan irigasi tetes dripirrigation atau trickle irrigation, (2) Sistem tertutup dimana larutan haradimanfaatkan kembali dengan cara resirkulasi. Sedangkan berdasarkan penggunaan media atau substrat dapat dikelompokkan menjadi (1) SubstrateSistem dan (2)  Bare Root Sistem
1.        Substrate Sistem
Substrate system atau sistem substrat adalah sistem hidroponik yangmenggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman. Sitem inimeliputi:
a.         Sand Culture
Biasa juga disebut “Sandponics‟ adalah budidaya tanaman dalam media pasir. Produksi budidaya tanaman tanpa tanah secara komersial pertama kali dilakukan dengan menggunakan bedengan pasir yang dipasang pipa irigasi tetes. Saat ini “Sand Culture” dikembangan menjadi teknologi yang lebih menarik,terutama di negara yang memiliki padang pasir. Teknologi ini dibuat dengangmembangun sistem drainase dilantai rumah kaca, kemudian ditutup dengan pasiryang akhirnya menjadi media tanam yang permanen. Selanjutnya tanamanditanam langsung dipasir tanpa menggunakan wadah, dan secara individual diberiirigasi tetes.

b.         Gravel Culture
Gravel Culture adalah budidaya tanaman secara hidroponik menggunakan gravel sebagai media pendukung sistem perakaran tanaman. Metode ini sangat popular sebelum perang dunia ke 2. Kolam memanjang sebagai bedengan di isi dengan batu gravel, secara periodik diisi dengan larutan hara yang dapat digunakan kembali, atau menggunakan irigasi tetes. Tanaman ditanam di atas gravel mendapatkan hara dari larutan yang diberikan. Walaupun saat ini sistem inimasih digunakan, akan tetapi sudah mulai diganti dengan sistem yang lebih murahdan lebih efisien.
c.         Rockwool
Adalah nama komersial media tanaman utama yang telah dikembangkandalam sistem budidaya tanaman tanpa tanah. Bahan ini besasal dari bahan batuBasalt yang bersifat Inert yang dipanaskan sampai mencair, kemudian cairantersebut di spin (diputar) seperti membuat harum manis sehingga menjadi benang- benang yang kemudian dipadatkan seperti kain "wool" yang terbuat dari “rock“. Rockwool biasanya dibungkus dengan plastik. Rockwool ini juga populer dalam sistem Bag culture sebagai media tanam. Rockwool juga banyak dimanfaatkanuntuk produksi bibit tanaman sayuran dan dan tanaman hias.




d.        Bag Culture
Bag culture adalah budidaya tanaman tanpa tanah menggunakan kantong plastik (polybag) yang diisi dengan media tanam. Berbagai media tanam dapat dipakai seperti : serbuk gergaji, kulit kayu, vermikulit, perlit, dan arang sekam.Irigasi tetes biasanya diganakan dalam sistem ini. Sistem bag culture inidisarankan digunakan bagi pemula dalam mempelajari teknologi hidroponik,sebab sistem ini tidak beresiko tinggi dalam budidaya tanaman.
2.         Bare Root Sistem
Bare Root system atau sistem akar telanjang adalah sistem hidroponik yangtidak menggunakan media tanam untuk membantu pertumbuhan tanaman,meskipun block rockwool biasanya dipakai diawal pertanaman. Sitem inimeliputi:
a.       Deep Flowing Sistem Deep Flowing Sistem
adalah sistem hidroponik tanpa media, berupa kolamatau kontainer yang panjang dan dangkal diisi dengan larutan hara dan diberiaerasi. Pada sistem ini tanaman ditanam diatas panel tray ( flat tray) yang terbuatdari bahan sterofoam mengapung di atas kolam dan perakaran berkembang didalam larutan hara.
b.      Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST)
Teknologi Hidroponik Sistem Terapung adalah hasil modifikasi dari Deep Flowing Sistem yang dikembangkan di Bagian Produksi Tanaman, DepartemenAgronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Perbedaan utama adalahdalam THST tidak digunakan aerator, sehinga teknologi ini reltif lebih effisiendalam penggunaan energi listrik. Pembahasan ditail dari THST disajikan dalamsub bab Kultur Air.
c.       Aeroponics
Aeroponics adalah sistem hidroponik tanpa media tanam, namunmenggunakan kabut larutan hara yang kaya oksigen dan disemprotkan pada zona perakaran tanaman. Perakaran tanaman diletakkan menggantung di udara dalamkondisi gelap, dan secara periodik disemprotkan larutan hara. Teknologi inimemerlukan ketergantungan terhadap ketersediaan energi listrik yang lebih besar.
d.      Nutrient Film Tecnics (NFT)
Nutrient Film technics adalah sistem hidroponik tanpa media tanam. Tanaman ditanam dalam sikrulasi hara tipis pada talang-talang yang memanjang.Persemaian biasanya dilakukan di atas blok rockwool yang dibungkus plastik.Sistem NFT pertama kali diperkenalkan oleh peneliti bernama Dr. Allen Cooper.Sirkulasi larutan hara diperlukan dalam teknologi ini dalam periode waktutertentu. Hal ini dapat memisahkan komponen lingkungan perakaran yang ‘aqueous’ dan ‘gaseous’ yang dapat meningkatkan serapan hara tanaman.
e.       Mixed Sistem
Mixed sistem adalah teknologi hidroponik yang mennggabungkan aeroponics dan deep flow technics. Bagian atas perakaran tanaman terbenam padakabut hara yang disemprotkan, sedangkan bagian bawah perakaran terendamdalam larutan hara. Sistem inilebih aman dari pad aeroponics sebab bila terjadilistrik padam tanaman masih bisa mendapatkan hara dari larutan hara di bawaharea kabut.
2.2 Mengapa memilih hidroponik (WHY)
Alasan memilih hidroponik tidak lain adalah karena keutamaan yangdimilikinya dibandingkan dengan sistem konvensional. Beberapa keuntungandengan menerapkan sistem hidroponik adalah sebagai berikut:
1.        Dapat dilakukan pada lahan dengan tanah yang kurang bahkan tidak produktif sekalipun, karena media tumbuh tanaman tidak menggunakan tanah.
2.        Ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida yang merusaktanah.
3.        Dapat menghemat pemakaian pupuk.
4.        Tidak memerlukan banyak tenaga kerja.
5.        Lebih hemat air karena tidak perlu menyiramkan air setiap hari.
6.        Tidak membutuhkan lahan yang banyak, media tanaman bisa dibuat secara bertingkat.
7.        Kebersihan lebih mudah dijaga dan terhindar dari penyakit yang berasaldari tanah.
8.        Budidaya tanaman dapat dilakukan tanpa tergantung kepada musim.
9.        Larutan nutrisi tanaman dapat dipasok sesuai dengan tingkat kebutuhantanaman.
10.    Serangan hama dan penyakit cenderung jarang dan lebih mudahdikendalikan.
11.    Jika dilakukan dengan benar dapat mengasilkan panen yang lebih berkualitas dengan kuantitas yang lebih tinggi.
12.    Dapat mengatur waktu tanam dan jadwal panen sesuai dengan kebutuhan pasar atau permintaan konsumen.
Selain kelebihan-kelebihan yang diuraikan di atas, hidroponik juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah:
1.      Biaya awal yang mahal.
2.      Perlunya keterampilan khusus agar hidroponik yang dilakukan berhasil,khususnya pada pencampuran larutan nutrisi tanaman.
3.      Perawatan yang cukup mahal.
4.      Menggunakan terlalu banyak wadah tanam.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat menjadi pertimbangan bagi kita apakahlayak untuk melakukan hidroponik sebagai alternatif bercocok tanam selain carakonvensional. Hidropnik merupakan jawaban atas permasalahan lahan, baik penyempitan lahan maupun permasalahan lahan-lahan marginal yang belumdikelola dengan baik.
2.3 Dimana melakukan hidroponik (WHERE)
Hidroponik menjawab permasalahan terbatasnya lahan pertanian dan lahanyang kurang produktif. Dengan menerapkan sistem hidroponik, bercocok tanam pada lahan yang tidak produktif pun dapat dilakukan. Areal yang sempit pun bukan menjadi permasalahan karena hidroponik dapat dilaksanakan di atas atap rumah sekalipun. Perbedaan mendasar antara hidroponik dengan sistem tanamkonvensional adalah tempat tanamnya, yang mana hidroponik tidak ditanam ditanah melainkan menggunakan media inert, seperti: arang sekam, serbuk kayu,kerikil, pasir, dll.Hidroponik dilakukan dengan menggunakan wadah tanam seperti: ember, polybag, gelas plastik dan untuk kasus lain dapat menggunakan hidroponik kit yang ada di pasaran atau pun rakitan sendiri. Sistem hidroponik seringdiidentikkan dengan budidaya di dalam greenhouse/rumah kaca. Dalam skala besar/komersial biasanya budidaya hidroponik dilakukan di dalam greenhouse, halini bertujuan untuk memudahkan perawatan dan pengontrolan iklim mikro didalam greenhouse, serta melindungi dari terpaan hujan/angin dan masuknya hamadari luar. Untuk skala hobi/rumahan, tidak perlu membuat greenhouse untuk melakukan budidaya hidroponik. Asal ada tempat yang cukup memadai, serta kebutuhan pertumbuhan tanaman bisa tercukupi, sudah cukup untuk melakukan budidaya hidroponik sendiri di rumah Salah satu hal yang menarik dari hidroponik adalah, budidaya hidroponik dapat dilakukan di “semua” tempat. Hidroponik dapat dilakukan di luar maupun di dalam rumah, termasuk di dalam ruangan tertutup. Hal yang perlu dilakukanyaitu kita harus memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan tanaman. Dalam ruang tertutup, kebutuhan tanaman akan cahaya dapat diganti menggunakan lampu LEDkhusus untuk budidaya hidroponik. tertutup, kebutuhan tanaman akan cahaya dapat diganti menggunakan lampu LEDkhusus untuk budidaya hidroponik.
2.4 Kapan melakukan hidroponik (WHEN)
Jika melakukan hidroponik, siklus hidup tanaman yang dibudidayakanlebih cepat. Hal ini dikarenakan, nutrisi yang diberikan pada tanaman sudah sesuaidengan kebutuhan tanaman secara optimal. Sehingga memanen tanaman dapatdilakukan lebih cepat. Dengan hidroponik kita tidak perlu lagimempermasalahkan musim, karena budidaya hidroponik memungkinkan untuk budidaya tanaman apapun, sekalipun bukan pada musimnya. Jadi kita dapatmenanam tanaman favorit kita kapan saja (khusus untuk budidaya dalamgreenhouse).Kelebihan sistem hidroponik yang dapat dilakukan kapan saja tanpamengenal musim, membuat kita dapat mengatur waktu tanam dan panen sesuaikeinginan kita, bahkan kegiatan panen dapat dilakukan setiap hari untukmemenuhi kebutuhan pasar akan sayuran hidroponik. Sehingga denganhidroponik dapat dilakukan panen sepanjang tahun.Faktor terpenting yang harus dipenuhi dalam menunjang keberhasilanhidroponik adalah perawatan, terutama pemberian air dan nutrisi tanaman.Dengan penjadwalan irigasi yang baik akan dapat meningkatkan pula efisiensi penggunaan air tanaman. Pemberian nutrisi yang teratur akan mencukupi kebutuhan hara tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan subur.Apanila faktor-faktor tersebut dapat dipenuhi dengan baik, maka kegiatanhidroponik dapat berjalan dengan baik dan panen sepanjang tahun yangdiharapkan dapat diwujudkan.
2.5 Siapa pelaku hidroponik (WHO)
Hidroponik telah lama sekali dilakukan, terbukti dengan adanya tamangantung di Babylonia. Istilah hidroponik sendiri lahir sekitar tahun 1936, sebagai penghargaan yang diberikan kepada DR. WF. Gericke, seorang agronomis dari universitas California. DR. WF. Gericke melakukan percobaan dan penelitiandengan menanam tomat di dalam bak yang berisi mineral sehingga tomat tersebutmampu bertahan hidup dan dapat tumbuh sampai ketinggian 300 cm jugamemiliki buah yang lebat.Penemuan besar ini telah menjadi tren di abad 20, karena bercocok tanamdengan cara hidroponik dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk ibu rumahtangga sekalipun yang gemar bertanam tanaman hias. Jadi hidroponik secara tidaklangsung dapat dilakukan karena hobi. Hidroponik karena hobi dapat dilakukan diareal yang sempit sekalipun seperti pekarangan rumah atau pun di dalam rumah.Biasanya tanaman yang dibudidayakan menyesuaikan hobi orang yangmelakukannya, seperti: tanaman hias.Dalam skala besar hidroponik telah banyak dilakukan, khususnya untukmemenuhi kebutuhan pasar. Hidroponik dalam skala besar dilakukan oleh petani/pengusaha hidroponik di dalam greenhouse dengan menggunakankomoditas yang memiliki nilai di pasaran. Sayuran dan buah-buahan yanghamper setiap harinya dibutuhkan oleh masyarakat lah yang biasanyadikembangkan dalam usaha hidroponik, seperti: sawi, selada, melon, bayam,tomat, pakcoy, paprika, dll.
2.6 Bagaimana melakukan hidroponik (HOW)
Secara umum budidaya tanaman secara hidroponik dapat dilakukandengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Persiapan lahan Perbedaan sistem hidroponik dan konvensional adalah media tanam yangdigunakan hidroponik yaitu bukan tanah, sehingga dalam tahap persiapanlahan tidak perlu adanya pengolahan lahan. Yang dilakukan dalamkegiatan penyiapan lahan adalah menyiapkan tempat kegiatan hidroponikdilakukan, seperti membuat hidroponik kit dan juga greenhouse. Dalamskala kecil dapat dilakukan di pekarangan rumah saja.
2.      Persiapan wadah Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menyiapkan wadah tanam.Wadah tanam hidroponik dapat menggunakan kantung plastik/polybag,gelas plastik, ember, dll. Wadah tanam berfungsi sebagai tempatmemasukkan media tanam yang digunakan sebagai tempat tumbuhnyatanaman.
3.      Menyiapkan media tanamMedia tanam yang digunakan dalam hidroponik beragam, mulai darilimbah pertanian sampai bahan pabrikan. Media tanam berfungsi sebagai pengganti tanah pada sistem konvensional. Media tanam yang digunakanadalah bahan yang memiliki kriteria sebagai berikut: mampu menyediakandan menyimpan unsur hara, sehingga kebutuhan air dan nutrisi tanamandapat dipenuhi, mampu menjaga kelembaban dan mempunyai drainase yang baik. Jenis media tanam yang biasa digunakan adalah: arang sekam,serbuk kayu, kerikil, batu-bata, kapas, rockwool, pasir, dll.
4.      Penyemaian Penyemaian dilakukan setelah semua persiapan awal dilakukan, sehinggasetelah penyemaian berakhir proses penanaman dapat langsung dilakukan.Penyemaian
5.      Penanaman bibitSetelah pekerjaan pengolahan tanah dan penyemaian bibit dilakukan, makalangkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah penanaman bibit.Penanaman bibit akan dilakukan pada wadah tanam yang sudah di berilubang-lubang tanam. Penanaman bibit dilakukan setelah bibit dianggapcukup kuat untuk dipindahkan ke tempat penanaman. Dalam pemindahan bibit ke tempat penanaman, akar tanaman di usahakan tidak rusak. Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan pada akar yang masih muda. Hal yang perlu dilakukan untuk menghindari hal tersebut adalah bibit harusdicabut atau diikuti sertakan dengan media tanamnyaPenanaman bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari yaitu pada waktusinar matahari tidak lagi begitu menyengat. Setelah selesai penanaman bibit, lahan sebaiknya disiram dengan air secukupnya. Biasanya bibit yang baru saja di tanam akan memperlihatkan layu sementara, hal ini akan berlansung selama 2 atau 3 hari. Tetapi hal ini merupakan hal yang biasanya terjadi dan hal ini tidak akan membahayakan pertumbuhantanaman. Kecuali, jika bibit layu karena faktor kerusakan akar atau batangnya.
6.       Pemberian larutan nutrisi Nutrisi atau unsur hara merupakan salah satu factor penting yang menunjang keberhasilan suatu sistem hidroponik yang dilakukan. Adapununsur hara bagi tanaman dikelompokkan menjadi unsur hara makro danunsur hara mikro. Unsur makro merupakan unsur yang dibutuhkantanaman dalam jumlah besar dan mutlak harus ada. Sejumlah unsur haramakro yang dibutuhkan tanaman adalah N, P, K, Mg dan S. Sedangkanunsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit. Sejumlah unsur hara mikro yang dibutuhkan tanamanadalah Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl. Kedua jenis unsur tersebut salingmendukung dan dibutuhkan oleh tanaman. Ketika salah satu unsur tidakada, makan unsur yang dibutuhkan tanaman menjadi tidak lengkap.Keuntungan sistem hidroponik adalah pemberian larutan nutrisi tanamandapat dilakukan secara bersamaan dengan irigasi. Karena pada umumnyalarutan yang ada di pasaran dalam penggunaanya telah dirancang agardiencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pencampuran larutannutrisi ini memerlukan keterampilan khusus agar tanaman dapat tumbuhdengan baik.
7.      PemeliharaanHidroponik memerlukan perawatan yang cermat. Beberapa langkah pemeliharaan tanaman hidroponik adalah sebagai berikut:
a.       Penyiraman penyiraman air dan larutan nutrisi dilakukan 5-8 kali setiap hari. Penyiraman biasa dilakukan dengan menggunakan timer, sehinggatidak memerlukan tenaga ekstra dalam pengerjaannya.
b.      Pengikatan atau pengajiran Tanaman yang telah berumur 1 minggu perlu diberi ajir. Ajir bergunasebagai rambatan atau pegangan agar tanaman dapat tumbuh tegak.
c.       Pembusngsn tunsas Pemilihan batang produksi Pada tanaman misalnya cabai atau paprika, dipilih satu atau dua cabang produksi dan dibiarkan tumbuh sebagai batang utama.
d.       PemangkasanDaun-daun yang terdapat di antara ketiak daun dibuang setiap dua hari.Bila menanam timun, sulur-sulur yang tumbuh di bagian atas tanamantimun dipotong sekitar 2 cm dari titik tumbuh.
e.       Pemberantasan hamaTanaman yang diserang hama, misalnya kutu daun dan ulat buah,disemprotkan dengan insektisida. Sesuai dosis yang diperlukan.
f.       PemanenanPemanenan dilakukan dengan menggunakan gunting, cutter atau pemotong tajam lainnya. Pemanen dilakukan dengan memotong danmengikutsertakan sebagian tangkai yang menempel pada kepala buah.Hal ini dilakukan karena media tanam yang digunakan bukan lahtanah, sehingga perlu berhati-hati agar kekuatan ikatan antara akartanaman dan batang tanaman terhadap media tanam tetap stabil.








II. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan tentang makalah hidroponik di atas dapat diambilkesimpulan sebagai berikut:
1.      Hidroponik telah lama dilakukan, namun secara modern hidroponik pertama kali dikenalkan oleh DR. WF. Gericke, seorang agronomisdari Universitas California pada tahun 1936.
2.      Hidroponik merupakan cara becocok tanam yang menggunakan media inert sebagai media tanamnya (pengganti tanah).
3.      Hidroponik memiliki berbagai keunggulan diantaranya dapatdilakukan kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja. Sebaliknyahidroponik juga memiliki berbagai kelemahan diantaranya biaya awalyang cukup mahal.
4.      Hidroponik dapat dilakukan sepanjang tahun, dengan jadwal tanamdan panen yang terjadwal pula.
5.      Tahapan-tahapan bercocok tanam hidroponik harus dilakukan dengan cermat, agar hasil panen yang terbaik dapat diperoleh.
3.2 Kritik dan Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi Hidroponik yangmenjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Penulis menyadari masih banyakkekurangan dan kekeliruan yang terjadi di dalam penulisan makalah ini, karenaterbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan/referensi yang dimiliki. Untuk itu penulis berharap agar para pembaca memberikan kritik dan sarannya yang bersifatmembangun demi penyempurnaan makalah ini dan juga penulisan makalah-makalah selanjutnya yang berhubungan dengan makalah hidroponik ini.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009.Mengenal Hidroponik . Diakses di http://ficusbenyamina.blogspot.com /2009 /09/mengenal-hidroponik.html pada tanggal 20 Oktober 2013.
Anonim. 2012. Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik. Diakses dihttp://apandi2.blogspot.com /2012/05/kelebihan-dan-kelemahan-hidroponik.html pada tanggal 20 Oktober 2013.
Anonim. 2012. Berbagai Keunggulan Hidroponik. Diakses di shyro-group.blogspot.com /2012/06/berbagai-keunggulan-hidroponik.html padatanggal 20 Oktober 2013.
Anonim. 2013. Mengenal Hidroponik. Diakses dihttp://heejao.com/blog/artikel/mengenal-hidroponik pada tanggal 20Oktober 2013.
Anonim. 2013. Teknik Hidroponik untuk Budidaya Tanaman. Diakses dihttp://www.anneahira.com /teknik-hidroponik.htm pada tanggal 20Oktober 2013.
Anonim. 2013. Hidroponik dan Aeroponik. Diakses dihttp://indoagraris.wordpress.com /2013/04/12/hidroponik-dan-aeroponik/ pada tanggal 20 Oktober 2013.
Anas Susila. 2013. Bahan Ajar Mata Kuliah Dasar-Dasar Hortikultura.Bogor: IPB Press













Lampiran