TEKNOLOGI
PASCA PANEN
PANEN
DAN PASCA PANEN
KELAPA SAWIT
DISUSUN OLEH :
AMUNULLAH
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKANBARU
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang
Maha Esa Karena dengan limpahan rahmat
dan hidayah-Nya lah sehingga kami mampu
menyusun dan menyelesaikan makalah kami ini yang berjudul “Panen Dan
Pasca Panen Tanaman Kelapa Sawit”.
Di harapkan setelah teman-teman
membaca makalah yang kami buat ini teman-teman sekalian di harapkan bisa
menambah pengetahuan tentang proses
panen dan pasca panen tanaman kelapa sawit yang sebagai mana sering kita
jumpai di sekitar kita.
Penulis
KELOMPOK I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack)
berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan
bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih
banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan
Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah
asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu
memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Bagi Indonesia, tanaman
kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain
mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat,
juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu
produsen utama minyak sawit.
Di Indonesia, tanaman kelapa sawit
merupakan tanaman yang banyak dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan besar, baik
pemerintah maupun swasta. Bahkan masyarakat pun banyak bertanam kelapa sawit
secara kecil-kecilan. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat
cocok tumbuh di Indonesia. Jika Indonesia ditargetkan untuk menjadi negara
penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, tentu orang-orang yang mengelolanya,
mulai dari pembibitan, penanaman sampai ke teknik pengelolahan hasil panen
harus berlaku profesional.
Pada awalnya bangsa Portugis
mengenal tanaman kelapa sawit saat melakukan perjalanan ke Pantai Gading
(Ghana). Mereka heran ketika menyaksikan penduduk setempat menggunakannya untuk
memasak dan sebagai bahan kecantikan. Tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia
dan daerah-daerah lain di Asia sebagai tanaman hias sekitar tahun 1848. Daerah
pertama di Indonesia yang diketahui sangat cocok untuk membudidayakan tanaman
kelapa sawit ini adalah Sumatera Utara.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dilakukan oleh
beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit. Di pulau Sumatera saja hingga
tahun 1920 sudah puluhan perusahaan perkebunan yang menanam kelapa sawit. Masa
suram bagi tanaman kelapa sawit sempat terjadi pada waktu penjajahan Jepang,
yang mengakibatkan kebun kelapa sawit diganti dengan tanaman pangan. Hal itu
menyebabkan pabrik-pabrik pengolahan tidak lagi berproduksi.
Potensi areal perkebunan Indonesia
masih terbuka luas untuk tanaman kelapa sawit. Upaya perluasan perkebunan
komoditas kelapa sawit dilaksanakan dengan jangkauan daerah penanaman meluas ke
luar dari daerah serta kelapa sawit sebelumnya, yaitu dengan membangun
perkebunan-perkebunan baru di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Data menunjukkan
kecendrungan peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit, khususnya
perkebunan rakyat.
Produk akhir
yang diharapkan dari budidaya kelapa sawit yaitu ton TBS ( Tandan Buah Segar )
yang tinggi. Untuk memperoleh hasil tersebut, maka harus dilakuakan persiapan
dan teknik panen yang benar sesuai umur dan keadaan tanaman di
lapangan.Kegiatan panen dilaksanakan pada tanaman muda,dewasa dan juga tanaman
tua hingga tanaman berumur ± 25 tahun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa sawit termasuk
tanaman multiguna. Tanaman kelapa sawit kini tersebar di berbagai daerah.
Secara umum, dapat diindikasikan bahwa pengembangan perkebunan kelapa sawit
masih mempunyai prospek harga, ekspor, dan pengembangan produk (Suwarto dan
Octavianty, 2010). Kelapa sawit (Elaeis guinensis jacq.) adalah salah
satu dari beberapa palma yang menghasilkan minyak untuk tujuan komersil. Minyak
sawit selain digunakan sebagai minyak makan, dapat juga digunakan untuk
industri sabun, lilin, dan dalam pembuatan lembaran-lembaran timah serta
industri kosmetik (Dinas Perkebunan Dati I Irian Jaya, 1992).
Kelapa sawit merupakan salah satu
penyumbang besar devisa Indonesia. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia
pada tahun 2008 mencapai 7,3 juta hektar dengan rata-rata hasil produksi 3,27
juta ton/hektar (Fauzi dkk, 2012), sedangkan pada tahun 2012 luas perkebunan
kelapa sawit mencapai 9 juta hektar (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013).
Keuntungan lain yang didapat dari perkebunan kelapa sawit adalah mampu
menciptakan lapangan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat. Dengan
meninjau potensi tersebut perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan hasil minyak
kelapa sawit yang berasal dari buah kelapa sawit. Salah satu usaha yang
dilakukan adalah meningkatkan efisiensi dan mengurangi masalah panen perkebunan
kelapa sawit.
Panen buah
kelapa sawit di Indonesia masih dilakukan secara manual dan mengandalkan tenaga
manusia. Cara panen buah kelapa sawit dilakukan dengan memotong tandan buah
segar (TBS) dan memotong pelepah daun yang menghalangi proses pemotongan TBS.
Saat ini Indonesia menggunakan 2 jenis alat panen tradisional, yaitu: dodos dan
egrek. Dodos menggunakan pisau dengan bentuk chisel yang disambung dengan pipa
panjang, sedangkan egrek menggunakan pisau dengan bentuk sickle atau arit yang
disambung dengan pipa panjang. Dodos pada umumnya digunakan untuk pohon kelapa
sawit dengan 2 ketinggian 2 – 5 m, sedangkan egrek, digunakan untuk pohon
kelapa sawit dengan ketinggian 5 m atau lebih. Alat tradisional ini membutuhkan
tenaga yang besar dari pengguna karena untuk memotong TBS dilakukan gerakan
menusuk untuk dodos dan gerakan menarik untuk egrek (Fauzi dkk, 2012).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Persiapan Panen
Teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak maksimum
dengan kualitas yang paling baik. Untuk mencapai jumlah minyak maksimum dengan
kualitas yang paling baik perlu kematangan buah yang optimum, selang panen yang
tepat, metode pengumpulan buah, dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik
pengolahan buah sawit.
Aspek yang paling penting diperhatikan
dalam panen dan pengangkutan buah adalah hal-hal yang mempengaruhi kualitas
akhir dari minyak sawit, khususnya menyangkut kadar asam lemak bebas. Jadi,
untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas tinggi sebaiknya dibuat
persiapan panen yang baik.
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga
dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6
bulan setelah penyerbukan. Agar panen berjalan lancar, tempat pengumpulan hasil
(TPH) harus dipersiapkan dan jalan pengangkutan hasil (pasar pikul) diperbaiki
untuk memudahkan pengangkutan hasil panen dari kebun ke pabrik. Para pemanen
juga harus mempersiapkan peralatan yang akan digunakan. Pemanenan kelapa sawit
perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar tandan buah segar (TBS) yang
dipanen sudah matang, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu
baik.
Sebelum tanaman memasuki masa panen, perlu dilakukan
persiapan panen yang berguna untuk mendapatkan hasil dari produksi tanaman yang
maksimal.
Persiapan
panen biasanya dilakukan pada saat tanaman memasuki masa TBM akhir. Kegiatan
yang perlu dilakukan dalam persiapan panen yaitu :
a. Kastrasi
Ablasi atau
kastrasi adalah pekerjaan membuang bunga jantan maupun bunga betina yang masih
muda karena buah yang dihasilkan belum ekonomis dan untuk memaksimalkan
pertumbuhan vegetatif. Kastrasi dilakuakan sebanyak 5 rotasi yaitu pada umur
15-20 / bulan. Kastrasi juga bertujuan untuk menjaga kebersihan tanaman
sehingga mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit seperti Tirathaba,
Tikus dan Marasmius.
Pelaksanaan
kastrasi:
·
Semuabungajantandanbetinasampaiketinggian
30 cm di atastanahdibuang
·
Pelepahjanganterpotong
·
Bunga yang
kecildipatahkandenganpengait
·
Bunga yang
besardibuangdengan dodos
·
Bungadikumpulkandankalausudahkeringdibakar
b. Pruning /
Tunas Pasir
Pruning atau
pemangkasan adalah pembuangan pelepah- pelepah yang sudah tidak produktif /
pelepah kering pada tanaman kelapa sawit. Pruning / pemangkasan merupakan
termasuk dalam kegiatan persiapan panen.
Pruning atau pemangkasan dilakukan
dengan tujuan untuk :
1.
Memangkas pelepah yang sudah tidak
produktif.
2.
Mempermudah di dalam proses
pemanenan serta pengutipan brondolan.
3.
Mempertahankan jumlah pelepah setiap
pokoknya minimal 56-64 pelepah.
4.
Sanitasi ( Menjaga kebersihan )
tanaman agar tidak diserang oleh Hama & Penyakit.
Pruning perlu dilakukan untuk
menjaga jumlah pelepah yang optimal yang berguna untuk tempat munculnya bunga
& pemasakan buah. Pruning dilakukan setelah dilakukan kastrasi & tanaman
sudah mulai memasuki tahap awal panen ( 6 bulan sebelum panen ).
Teknis pruning dilakukan dengan
cara :
·
Memangkas pelepah searah dengan arah
spiral / letak alur pelepah.
·
Supaya hasil dari pangkasan terlihat
rapi.
·
Memangkas pelepah yang tidak produktif,
dengan ciri-ciri :
o
Pelepah yang sudah tua dan kering
o
Pelepah sudah tidak dijadikan
pelepah songgo ( minimal songgo 2).
o
Memangkas pelepah secara mepet &
tepat pada bagian bawah pangkal pelepah. Pelepah harus dipangkas mepet dengan
tujuan untuk mencegah tersangkutnya brondolan pada pelepah.
o
Menyusun pelepah hasil sisa
pangkasan di Gawangan Mati atau disusun di antara pokok tanaman & dipotong
menjadi 3 bagian.
c. Piringan
Piringan
merupakan daerah yang berada di sekitar pokok kelapa sawit yang berbentuk lingkaran.
Pada setiap pokok kelapa sawit harus dibuat piringan dengan Tujuan :
·
Memudahkan dalam proses pemanenan.
·
Memudahkan dalam pengutipan
brondolan & perawatan tanaman
Dalam
pembuatan piringan biasanya dilakukan secara manual terlebih dahulu setelah itu
dilakukan secara chemis. Dengan manual biasanya untuk membentuk piringan pada
pokok sesuai dengan diameter yang di tentukan,dengan membabat gulma yang tumbuh
di sekitar piringan dan menggaru nya menggunakan cangkul.
Lebar piringan menurut umur sawit
:
·
Tanaman umur 2-6 bulan lebar
piringan jari jari 60 cm
·
Tanaman umur 6-12 bulan lebar
piringan jari jari 75 cm
·
Tanaman umur 12-24 bulan lebar
piringan jari jari 100 cm
·
Tanaman umur 24-36 bulan lebar
piringan jari jari 100-125 cm
·
Tanaman umur lebih dari 24 bulan
laebar piringan jari jari 200 cm
d. Pasar pikul
Pasar pikul
yaitu: Jalan / akses panen yang di buat diantara dua baris tanaman.
Pembuatan pasar pikul dilakukan pada persiapan panen, sehingga dapat memudahkan
didalam proses pemanenan, terutama pada proses pengangkutan TBS dari dalam blok
ke TPH. Lebar pasar pikul pada umumnya adalah 1,5 m.Pasar pikul dapat dibuat
dengan cara manual dan mekanik.Dengan cara manual menggunakan babat, sedangkan
mekanik dengan menggunakan alat misalnya: dengan rotor slasher.
e. Titi Panen
Titi panen merupakan titian yang di
buat sebagai jalan untuk menyebrangi parit dari jalan Collection menuju ke
dalam blok. Titi panen ini hanya di gunakan pada kondisi lahan yang
antara TPH & pasar pikul terpisahkan oleh parit. Titi panen ini
biasanya digunakan pada kondisi lahan Low land, titi panen ini biasa di
letakkan pada setiap pasar pikul yang terpisahkan oleh parit.
f. TPH
Tempat pengumpulan hasil ( TPH )
yaitu: Tempat yang di gunakan untuk meletakkan & menyusun buah hasil dari
pemanenan. Tiap 1 ha biasanya terdapat 3 buah TPH.Tujuan dari pembuatan TPH
yaitu:
·
Memudahkan dalam perhitungan jumlah
janjang yang telah di panen.
·
Mempermudah dalam proses
pengangkutan buah.
Dalam pembuatan TPH dalam suatu blok
dilakukan ketika tanaman akan memasuki masa produksi. Pembuatan TPH dilakukan
dengan cara : Meratakan tanah yang akan di buat TPH, bentuk dari TPH yaitu:
persegi dengan ukuran 3 x 3 m.
g. Persiapan
Alat Kerja
Dalam kegiatan panen Tanaman Kelapa
Sawit, hal utama yang paling di butuhkan oleh para pemanen yaitu: Alat kerja
yang sering digunakan pada kegiatan panen adalah :
1.
Dodos
2.
Gancu
3.
Angkong
4.
Batu asah
5.
Goni untuk tempat mengumpulkan
brondolan
6.
APD ( Alat Pelindung Diri ) seperti
helm, sepatu boot, sarung tanagan dsb.
Alat yang
digunakan dalam pemanenan tandan sawit tidak selalu sama, tetapi berbeda
menurut umur tanaman kelapa sawit. Adapun pembagian alat panen adalah sebagai
berikut :
·
Dodos kecil
(8
cm)
: umur tanaman 3-4 tahun
·
Dodos besar (14 cm)
: umur tanaman 4-8 tahun
·
Egrek Fiber 1 batang (6
m) : umur tanaman 9-15 tahun
·
Egrek Fiber 2 batang (12 m)
: umur tanaman 16-20 tahun
3.2 Kriteria
Tanaman Menghasilkan
Buah sawit yang dapat dipanen adalah buah yang matang. Buah sawit memerlukan
waktu lebih kurang 5,5 – 6 bulan untuk dapat terbentuk dari bunga menjadi
tandan buah sawit yang matang dan dapat dipanen.Tanaman kelapa sawit umumnya
akan memasuki masa TM setelah umur 30-36 bulan tergantung varietas dan
pemeliharaan. Suatu areal sudah dapat dipanen apabila :
A.
Kerapatan
Matang Panen (KMP)
Kerapatan panen adalah angka persentase jumlah pohon
yang memiliki tanda buah yang sudah matang panen dalam suatu areal pertanaman
belum menghasilkan (TBM). Untuk mengetahui kerapatan panen tersebut, maka
dilakukan pemeriksaan dan pencatatan jumlah pohon yang sudah memiliki tandan
buah matang panen dari setiap petak tanaman yang terdapat dalam areal TBM
tersebut. Bila terdapat lebih dari 60% atau lebih pohon yang mempunyai tandan
matang panen, maka petak tersebut dinyatakan menjadi tanaman menghasilkan (TM).
B.
Bobot
rata-rata tandan
Setiap tandan yang sudah matang panen diambil secara
acak dari setiap hektar tanaman kemudian ditimbang. Jika rata-rata bobot telah
lebih dari 3 kg maka panenan dapat dilakukan dan diteruskan dengan pemeriksaan
penyebaran panen. Bila bobot rata-rata tandan masih di bawah 3 kg, panen harus
ditangguhkan, karena tandan kecil secara teknik tidak dapat diolah pabrik
sehingga tidak mempunyai nilai ekonomis.
C.
Kerapatan sebaran panen
Kerapatan sebaran panen adalah angka
yang menyatakan jumlah pohon yang telah memiliki tandan matang panen dalam
baris tanaman pada satu petak (blok) tanaman sawit. Angka ini penting diketahui
untuk efisiensi pemanenan, karena menyangkut jarak (ruang) dan waktu yang
dibutuhkan untuk memanen.
D.
Derajat
Kematangan Buah
Mutu minyak buah biasanya dinyatakan
sebagai persentase minyak tandan. Untuk tujuan praktis disebut rendemen
minyak atau nisbah ekstraksi. Rendemen minyak (RM) yang
diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan buah yang mana
buah berubah warna dari hitam menjadi merah oranye hingga terjadi kematangan
penuh.
1.
Kriteria
matang panen
Faktor yang vital adalah konversi
karbohidrat menjadi minyak di mesokrap berlangsung pada stadia akhir
perkembangan buah. Seminggu sebelum masak hanya 80% minyak dari potensi total
minyak dalam mesokrap, sintesis minyak berlangsung terus sebelum buah tanggal
dari tandan (membrondol). Penurunan atau peningkatan yang nyata dari kandungan
minyak setelah buah membrondol dan sebelum membusuk ditandai oleh perubahan
ciri-ciri jaringan mesokrap.
Kadar minyak tertinggi terdapat pada
saat buah membrondol, seyogianya untuk mengoptimalkan hasil adalah mengutip
buah yang membrondol, tetapi hal ini tidak praktis dan tidak ekonomis, karena
tandan buah akan matang keseluruhannya selama 15 hari sesudah brondolan
pertama. Karena tandan kecil yang lebih cepat membrondol daripada tandan yang
besar. Maka jika panenan ditunggu hingga semua atau hampir semua buah
membrondol, pembusukan buah yang terlebih dahulu masak mulai terjadi dan dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas. Di sisi lain, jika pemanenan dilakukan sejak
buah yang pertama membrondol, maka kadar asam lemak bebas (ALB) rendah pada
minyak maupun inti.
Penentuan saat panen sangat
mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan.
Apabilan pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang
dihasilkan mengandung asam lemak bebas (ALB) dalam persentase tinggi (lebih
dari 5%). Sebaliknya, bila pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang,
selain kadar ALBnya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.
Berdasarkan hal tersebut, ada
beberapa tingkatan dari tandan buah segar (TBS) yang dipanen. Tingkatan TBS
tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang
dihasilkan.
Tabel. Tingkatan TBS yang dipanen
Tingkat
|
Jumlah Brondolan
|
Kematangan
|
0.
1.
2.
3.
4.
5.
|
1-12,5% buah luar membrondol
12,5-25% buah luar membrondol
25-50% buah luar membrondol
50-75% buah luar membrondol
75-100% buah luar membrondol
Buah dalam juga membrondol
|
Mentah
Kurang matang
Matang I
Matang II
Lewat matang I
Lewat matang II
|
Sumber: Pusat Penelitan Marihat, 1983
Jadi, berdasarkan tingkat TBS yang
dipanen tersebut di atas, maka derajat kematangan yang baik adalah jika
tandan-tandan yang dipanen berada tingkat 1,2, dan 3.
Secara ideal dengan mengikuti
ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya brondolan serta pengangkutan
yang lancar, maka dalam suatu panenan akan diperoleh komposisi tingkat tandan
segar sebagai berikut.
1.
Jumlah brondolan di pabrik sekitar
25% dari berat tandan seluruhnya.
2.
Tandan yang terdiri atas tingkat
kematangan 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan.
3.
Tandan yang terdiri atas tingkat
kematangan 1 maksimal 20% dari jumlah tandan.
4.
Tandan yang terdiri atas tingkat
kematangan 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan.
Untuk memperoleh tingkat kematangan
tandan perlu diatur frekuensi panen atau putaran panen di suatu kebun. Dalam
keadaan yang tidak terhindarkan, dapat saja hasil panenan dari tingkat
kematangan tandan yang lebih tinggi, sehingga komposisi tandan buah segar (TBS)
dengan tingkat kematangan (3 dan 4) : 65%, mulai matang (2) : 20%, dan lewat
matang (5) : 15%. Dengan komposisi demikian akan diperoleh produksi minyak
maksimum dengan biaya minimum dan asam lemak bebas (ALB) masih berada di bawah
5%.
2. Frekuensi
panen
Untuk memperoleh keseragaman
kematangan pada standar yang dikehendaki, maka suatu areal pertanaman harus
dipanen setiap hari. Karena hal seperti ini tidak ekonomis, maka perlu diadakan
putaran atau rotasi panen.
Untuk menentukan selang atau
interval panen yang tepat perlu dievaluasi kekurangan setiap panen serta
kualitas dan kuantitas maksimum. Sebaiknya memanen tidak perlu terlalu singkat
dan terlalu lama untuk memperoleh kuantitas dan kualitas hasil serta biaya
panen yang optimal. Umumnya putaran panen yang dianjurkan adalah 7-10 hari.
Jika selang waktu kurang dari 7 hari, banyak buah kurang matang; tetapi jika
selang waktu lebih dari 10 hari, maka banyak buah kelewat matang; sehingga
tandan buah segar tidak merata matangnya.
3.2
Panen
Hal- hal yang di lakukan dalam
kegiatan panen yaitu :
1.
Ancak Panen
Dalam
pengelolaan areal yang cukup luas, pelaksanaan panen harus di atur dengan
pembagian arel pada suatu blok.
Ancak panen
adalah suatu arel dengan luas tertentu yang di kelompokkan dalam satu hari
panen, yang di beri urutan nomor pada suatu blok. Pembagian ancak panen dengan
tujuan :
·
Untuk mempermudah pengawasan para
pemanen.
·
Para pemanen telah mempunyai lokasi
masing- masing untuk di panen.
·
Mempermudah pemberian sanksi untuk
para pemanen.
·
Mudah dilakukan pemeriksaan panen.
Pembagiaan ancak panen pada suatu
blok di sesuaikan dengan arel / luas lahan yang akan di bagi sesuai dengan
jumlah pemanen yang di butuhkan. System pembagian ancak pemanen , meliputi :
a.
Ancak Tetap
Yaitu : pemanen dan lokasi tetap
tidak perlu di giring ke arah tertentu. Kebaikan ancak tetap yaitu
: Pemanen tidak berpindah pindah
sehingga penggunaan waktu lebih efektif dan pencatatan TBS lebih mudah.
Kelemahan ancak tetap yaitu :
·
Adanya areal yang tidak terawasi
oleh mandor,
·
Akan terjadi sebagian ancak yang
tidak tembus , sementara di lain tempat ada yang kekurangan ancak,
·
Pengangkutan TBS ke TPH relatif
lebih lambat.
b.
Ancak Giring
Adalah sistem ancak panen yang di
lakukan dengan cara memberikan suatu ancak kepada pemanen setiap hari panen
yang perpindahannya dari suatu ancak ke ancak berikutnya dengan cara digiring.
Kebaikan dari ancak ini yaitu :
· Buah
akan lebih cepat sampai di TPH
· Ancak
akan lebih bersih , karena pengawasan lebih efektif.
Kelemahan
ancak giring yaitu : perpindahan akan menambah beban waktu & jarak tempuh
bagi pemanen serta kurangnya tanggung jawab para pemanen.
2.
Rotasi panen
Pada
kegiatan panen hal penting yang tidak boleh di lupakan dalam proses pemanenan
yaitu : Rotasi panen. Rotasi panen adalah jangka waktu antara pelaksanaan panen
suatu hari tertentu dengan pelaksanaan panen berikutnya di lokasi yang sama.
Tujuan dari
rotasi panen yaitu: Untuk memperoleh tandan sesuai dengan tingkat kematangan
yang diinginkan. Dalam suatu blok yang di panen rotasi normal potongan buah
adalah 6 / 7. Artinya 6 hari efektif dalam 7 hari. Jadi setelah 7 hari, pemanen
harus memanen di blok/ daerah pertama dan begitu seterusnya.
3.
AKP ( Angka Kerapatan
Panen )
Tujuan dari AKP yaitu : Untuk
mendapatkan estimasi jumlah janjang yang akan dipanen, untuk mengetahui jumlah
tenaga kerja yang di butuhkan dan untuk menentukan angkutan yang di butuhkan.
Cara mencari estimasi jumlah janjang dengan
rumus sebagai berikut :
Estimasi
janjang = AKP x Jumlah pokok panen
|
AKP dapat diperoleh dengan cara:
Sensus buah. Sensus buah dilakukan 1 hari sebelum dilaksanakan pemanenan pada
suatu blok. Dalam sensus Buah dilakukan dengan cara : Menentukan pokok yang
akan dijadikan sebagai sampel, Menghitung jumlah buah yang membrondol pada
pokok sampel.
Menghitung Persentase Kerapatan Buah,
denagan rumus sebagai berikut :
AKP = Jumlah
Janjang x 100%
Jumlah
pokok
Kemudian setelah diketahui angka
kerapatan panen dalam suatu blok, kerapatan juga bisa digunakan untuk
menentukan jumlah tenaga kerja yang di butuhkan. Menghitung kebutuhan Tenaga
kerja, dengan rumus sebagai berikut:
Tenaga Kerja = Jumlah Tenaga
x Persentase
Basis
( Target )
Basis borong ( Kg TBS/Hk )
ditetapkan berdasarkan potensi tanaman dalam RKAP tahun berjalan dan topografi
areal.Berikut adalah BB untuk areal rata
Potensi ( Ton/ha/thn)
|
Semester I
|
Semester II
|
Rata-rata
|
<8
|
320
|
380
|
350
|
8-10
|
410
|
490
|
450
|
10-12
|
450
|
550
|
500
|
12-15
|
540
|
660
|
600
|
15-18
|
590
|
710
|
650
|
>18
|
630
|
770
|
700
|
4.
Teknis Panen
Pada kegiatan panen ini hal penting
yang tidak boleh dilupakan dalam proses pemanenan yaitu : Teknis Panen. Teknis
Panen dilakukan dengan cara :
·
Mengambil buah matang
·
Yaitu : buah yang siap panen yang
telah membrondol antara 3-5 brondolan pada setiap pokok.
·
Memotong tangkai buah atau tandan
sampai mepet ke batang.membentuk huruf V.
·
Setelah janjangan di turunkan,
Brondolan yang terlepas dari janjangan & berserak di piringan harus di
kutip hingga bersih & di kumpulkan dalam karung.
·
Buah / janjang yang telah terkumpul
kemudian di susun di TPH menggunakan angkong & tangkai tandan yang masih
panjang harus di
potong
cangkem kodok < 3 cm dan ditulis nomor pemanennya. Gagang yang terlalu
panjang dapat menimbulkan kerugian
minyak.
·
Tandan buah yang telah tersusun di
TPH harus di hitung sebelum pengangkutan ke PKS.
Hancak perlu
di periksa untuk memastikan tidak ada buah tinggal di pokok maupun di gawangan,
serta brondolan yang belum di kutip. Dalam proses pemanenan perlu adanya
organisasi panen yang bertujuan untuk memudahkan dalam pengawasan &
pembagian / distribusi kerja.
Petugas yang terkait dalam pelaksanaan panen adalah :
·
Mandor
panen
Seorang mandor panen membawahi 15-20
pemanen.Tugas mandor panen adalah mengatur ancak pemanen sehingga dalam setiap
hari panen ancak dapat di selesaikan dan memeriksa ketuntasan
ancak dan buah setiap hari.
3.3
Pengolahan Hasil Panen
Hasil panen dari kebun merupakan
tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk
mendapatkan hasil minyak kelapa sawit yang bermutu tinggi. Proses pengolahan
hasil panen ini berlangsung cukup panjang, dimulai dari pengangkutan TBS dari
lahan pertanaman ke pabrik pengolahan sampai menghasilkan minyak kelapa sawit
dan hasil sampingannya.
Hasil olahan utama TBS pada pabrik pengolahan adalah:
1.
Minyak sawit yang merupakan hasil
pengolahan daging buah,
2.
Minyak inti sawit yang dihasilkan
dari ekstraksi inti sawit.
A.
Pengangkutan TBS ke Pabrik
Pengolahan
Tandan buah segar (TBS) yang baru
dipanen harus segera diangkut ke pabrik dapat segera diolah. Buah yang tidak
dapat segera diolah akan mengalami kerusakan atau akan menghasilkan minyak
dengan kadar asam lemak bebas tinggi, sehingga sangat berpengaruh tidak baik
terhadap kualitas minyak yang dihasilkan.
Salah satu upaya untuk menghindari
terbentuknya asam lemak bebas adalah pengangkutan buah dari kebun ke pabrik
harus dilakukan secepatnya dan menggunakan alat angkut yang baik, seperti lori,
traktor gandengan, atau truk. Sebaiknya dipilih alat angkut yang besar, cepat,
dan tidak terlalu banyak membuat guncangan selama dalam perjalanan. Hal ini
untuk menjaga agar perlukaan pada buah tidak terlalu banyak.
TBS yang sudah diterima dari kebun
dan sudah ditimbang harus secepat mungkin masuk pengolahan tahap pertama agar
gradasi mutu dapat ditekan sekecil mungkin, yaitu tahap perebusan atau
sterilisasi tanda buah. Hasil terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah
minyak sawit yang dari ekstraksi daging buah (pericarp). Hasil lain yang
tidak kalah penting adalah minyak inti sawit atau kernel yang juga diperoleh
dengan cara ekstraksi.
Pertama tandan buah diletakkan di
piringan Buah yang lepas di satukan dan dipisahkan dari tandan. Kemudian tandan
buah dibawa ke Tempat Pengumpulan Buah (TPH) dengan truk tanpa ditunda. Di TPH
tandan diatur berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus segera diangkut ke
pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak bebas
tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen.
Di pabrik buah akan direbus,
dimasukkan ke mesin pelpas buah, dilumatkan didalam digester, dipres dengan
mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas
dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan
agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya.
Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut:
Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1. Perebusan (sterilisasi) TBS
TBS yang
masuk kedalam pabrik selanjutnya direbus di dalam sterilizaer. Buah
direbus dengan tekanan 2,5-3 atm dan suhu 130o C selama 50-60
menit. Tujuan perebusan TBS adalah:
Menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir pembekuan freefatty acid
Membekukan protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan dari air
Mempermudah perontokan buah
Melunakkan buah sehuingga mudah diekstraksi
Menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir pembekuan freefatty acid
Membekukan protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan dari air
Mempermudah perontokan buah
Melunakkan buah sehuingga mudah diekstraksi
2. Periontokan
buah
Dalam tahap
ini buah selanjutnya dipisahkan dengan menggunakan mesintresher. Tandan
kosong disalurkan ke temapat pembakaran atau digunakan sebagai bahan
pupuk organic. Sedangkan buah yang telah dirontokkan selanjutnya dibawa kemesin
pelumatan. Selama proses perontokan buah, minyakl dan kernel yang terbuang
sekitar 0,03%
3. Pelumatan
buah
Proses
pelumatan buah adalah dengan memotong dan mencacah buah di dalamsteam jacket yang
dilengkapi dengan pisau berputar. Suhu didalam steam jacket sekitar 85-90oC.
Tujuan dari pelumatan buah adalah:
Menurunkan kekentalan minyak, membebaskan
sel-sel yang mengandung minyak dari serat buah, menghancurkan dinding sel buah
sampai terbentuk pulp
4. Pengempaan
(ekstraksi minyak sawit).
Proses
pengempaanb bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan melarutkan
sisa-sisa minyak yang terdapat didalam ampas. Proses pengempaan dilakukan
dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp yang dicampur dengan air yang
bersuhu 95oC. Selain itu proses ekstraksi minyak kelapa sawit dapat
dilakukan dengan cara sentrifugasi, bahan pelarut dan tekanan hidrolis.
5. Pemurnian
(klarifikasi minyak )
Minyak
kelapa sawit yang dihasilkan dari mesin ekstraksi minyak sawit umumnya masih
mengandung kotoran berupa tempurung, serabut dan air ekitar 40-45% air. Untuk
itu perlu dilakukan pemurnian minyak kelapa sawit. Presentase minyak sawit yang
dihasilkan dalam oproses pemurnian sekitar 21%. Proses pemurnian minyak kelap
sawit terdiri dari beberapa tahapan
yaitu
a. pemurnian minyak di dalam tangki pemisah (clarification tank)
prinsip dari
proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah adalah melakukan pemisahan
bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat
terpisah dari air.
b. Sentrifugasi minyak
dalam tahap
ini minyak dimurnikan dari berbagai macam kotoran yang lebih halus lagi. Hasil
akhir dari proses sentrifugasi ini adalah minyak dengan kadar kotoran kurang
dari0,01%
c. Pengeringan hampa
Dalam tahap
ini kadar air diturunkan sampai 0,1%. Proses penngeringan hampa dilakukan dalam
kondisi suhu 95oC dan tekanan-75cmHg.
d. Pemurnian minyak dengan tangki lumpur
Proses
pemurnian didalam tangki lumpur bertujuan untuk memisahkan minyak dari lumpur.
e. Strainer
Dalam tahap
ini minyak dimurnikan dari sampah halus
f. precleaner
proses precleaner bertujuan
untuk memisahkan pasir pasir harus dari sludge.
g. Sentrifugasi lumpur
Dalam tahap
ini minyak dimurnikan kembali dari air dan kotoran. Prinsip yang digunakan
adalah dengan memisahkan bahan berdasarkan berat jenis masing-masing bahan.
h. Setrifugasi pemurnian minyak
Tahap ini
hampir sama dengan sentrifugasi lumpur, hanya putaran sentrifugasi lebih cepat.
6.
Pemberian merek
Nama barang jenis mutu, identitas penjual, produce of Indonesia,
berat bersih, nomor karung, identitas pembeli, pelabuhan/negara tujuan.
3.4 Limbah
Kelapa Sawit
Limbah
kelapa sawit adalah sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam
product utama yang merupakan hasil ikutan pada proses pengolahan kelapa sawit.
Berdasarkan tempat pembentukannya, limbah kelapa sawit dapat digolongkan
menjadi dua jenis, yaitu limbah perkebunan kelapa sawit dan limbah industri
kelapa sawit.
1.
Limbah perkebunan kelapa sawit
a. Limbah padat
Limbah
padat kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal
pada saat pembukaan areal perkebunan serta peremajaan saat panen kelapa sawit.
Jenis limbah ini antara lain kayu, pelepah daun, dan gulma. Dalam satu tahun
setiap satu hektar perkebunan kelapa sawit rata-rata menghasilkan limbah
pelepah daun sebanyak 10,4 ton bobot kering. Salah satu jenis limbah padat
industri kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Limbah padat
mempunyai ciri khas pada komposisinya. Komponen terbesar dalam limbah padat
tersebut adalah selulosa, disamping komponen lain meskipun lebih kecil seperti
abu, hemiselulosa dan liqnin. Selainitu limbah padat lainnya adalah serat sisa
perasan buah sawit dan tempurung/cangkang kelapa sawit
2.
Limbah
industri kelapa sawit
a.
Limbah
padat
Limbah
padat perkebunan kelapa sawit ialah tangkos kelapa sawit yang sudah di pisahkan
dari buahnya.
b.
Limbah
cair
Limbah cair pabrik kelapa sawit
merupakan salat satu produk samping berupa buangan dari pabrik pengolahan
kelapa sawit yang berasal dari :
1. Hasil
kondensasi uap air pada unit pelumatan ( digester) dan unit pengempaan
(pressure). Injeksi uap air pada unit pelumatan bertujuan mempermudah
pengupasan daging buah, sedangkan injeksi uap bertujuan mempermudah pemerasan
minyak. Hasil kondensasi uap air pada kedua unit tersebut dikeluarkan dari unit
pengempaan.
2. Kondensat
dari depericarper, yaitu untuk memisahkan sisa minyak yang terikut bersama
batok/cangkang.
3. Hasil
kondensasi uap air pada unit penampung biji/inti. Injeksi uap kedalam unit
penampung biji bertujuan memisahkan sisa minyak dan mempermudah pemecahan batok
maupun inti pada unit pemecah biji.
4. Kondensasi
uap air yang berada pada unit penampung atau penyimpan inti.
5. Penambahan
air pada hydrocyclone (claybath) yang bertujuan mempermudah pemisahan serat
dari cangkang.
6. Penambahan
air panas dari saringan getar, yaitu untuk memisahkan sisa minyak dari
ampas.Apabila limbah tersebut langsung dibuang ke sungai maka sebagian akan
mengendap, terurai secara perlahan, mengonsumsi oksigen terlarut, menimbulkan
kekeruhan, mengeluarkan bau yang sangat tajam, dan dapat merusak daerah
pembiakan ikan. Oleh karena itu industri kelapa sawit melakukan suatu perlakuan
terhadap limbah cairnya sebelum dibuang kebadan air sehingga mengurangi
pencemaran limbah cair PKS pada badan air. Limbah cair PKS mengandung padatan
melayang dan terlarut maupun emulsi minyak dalam air.
c.
Limbah
gas
Industri
kelapa sawit selain menghasilkan limbah padat dan cair,juga menghasilkan limbah
bahan gas. Limbah bahan gas ini antara lain dari gas cerobong dan buangan uap air
pada saat perebusan.
3.5
Pengolahan
Limbah Kelapa Sawit
1.
Pengolahan Limbah Padat Industri Kelapa Sawit
a.
Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai
Kompos dan Pupuk Organik
Kompos
merupakan limbah padat yang mengandung bahan organik yang telah mengalami
pelapukan, dan jika pelapukannya berlangsung dengan baik disebut sebagai pupuk
organik. Limbah yang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kompos disini
adalah tandan kosong sawit
b.
Pembuatan Papan Partikel dari Sabut
Kelapa Sawit
Sabut kelapa
sawit merupakan salah satu limbah terbesar yang dihasilkan dalam proses
pengolahan minyak sawit. Kebanyakan limbah berupa sabut ini biasanya hanya
dijadikan bahan bakar, dibuang atau ditimbun di dalam tanah saja.Sabut kelapa
sawit ini bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan papan partikel yang berarti
bisa mengatasi masalah pembuangan limbah sabut kelapa sawit sekaligus
memberikan nilai tambah secara ekonomi. Minyak yang terdapat pada sabut kelapa
sawit dapat mengganggu proses perekatan dalam pembuatan papan partikel. Oleh
karena itu kadar minyak harus dikurangi seminimal mungkin. Pengurangan kadar
minyak dapat dilakukan salah satunya dengan memasak sabut kelapa sawit dalam
larutan NaOH 10% selama 1 jam.
c.
Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa
Sawit
Kertas
adalah salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan modern. Peranannya sangat
penting baik dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kebudayaan maupun untuk
keperluan industri, rumahtangga serta keperluan lain yang sesuai dengan
kemajuan zaman. Pemanfaatan sabut kelapa sawit merupakan alternatif bahan baku
bagi pabrik-pabrik kertas untuk hasilkan kertas HVS, doorslag, manila, karton,
duplicator/cycto style dll.
d.
Batang dan pelepah sawit untuk pakan
ternak
Batang dan
pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Hasil penelitian, menunjukkaan
pelepah sawit menjadi produk silase tidak meningkatkan kecernaan, namun jika
menambahkan urea sebanyak 3 - 6% akan meningkatkan kandungan protein bahan dari
5,6 menjadi 12,5 atau 20%.
2.
Pengolahan
Limbah Cair Buangan Industri Kelapa Sawit
Limbah
buangan pabrik kelapa sawit terdiri dari limbah padat danlimbah cair. Limbah
cair buangan pabrik kelapa sawit merupakan limbahyang mengandung padatan
terlarut dan emulsi minyak di dalam air dansenyawa organik. Limbah cair buangan
pabrik kelapa sawit dapatdikelompokkan
a.
Low polluted effluent
Low polluted effluent adalah limbah cair
yang tidak berdampakpada lingkungan sehingga tidak memerlukan perlakuan khusus
dalampengelolaannya. Dalam konteks pabrik kelapa sawit tersebut, hanyamemiliki
suhu di atas rata-rata (40-800C), sedangkan parameter lainmemenuhi persyaratan,
sehingga limbah cair ini hanya membutuhkanproses pendingin secara alami saja,
sebelum di buang ke lingkungan.Low polluted effluent bersumber dari kegiatan
boiler (berupa air blowdown dan regenerasi), turbin (sisa air pendingin), serta
kondensat sisauap pemanas dan air dari proses pencucian.
b.
High polluted effluent
High polluted effluent adalah limbah
cair yang sangatberdampak terhadap lingkungan, sehingga memerlukan
perlakuankhusus sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah ini
mempunyaikarakteristik BOD, COD, TSS, pH dan paramter lain yang tidakmemenuhi
persayaratan. High polluted effluent bersumber dari prosessterilisasi (berupa
kondesat rebusan), klarifikasi (berupa air bercampurlumpur dan minyak), hydrocylone
(air pemisah kernel dan cangkang). Salah satu bentuk teknik pengendalian dan
pengeporasian limbah cair buangan pabrik kelapa sawit adalah dengan melakukan
bio degradasi terhadap komponen organik menjadi senyawa organik sederhana dalam
kondisi anaerob sehingga baku mutu limbah cair dapat disesuaikan dengan daya
dukung lingkungan. Proses pengolahan limbah cair secara umum dapatdilakukan
dalam beberapa metode atau sistem yaitu mencakup sistem aplikasi lahan, sistem
kolam dan sistem kolam dengan elektrokoagulasi:
·
Sistem Aplikasi Lahan
(Land Application)
Sistem ini hanya menggunakan kolam
limbah cair untuk proses pengolahannya, selanjutnya hasil akhir dimanfaatkan ke
areal tanamanyang dapat dijadikan sebagai susitusi pemupukan kedalam
lahan-lahantanaman yang telah dibuat sedemikian rupa dalam bentuk sistem
distribusinya limbah cairSecara skematis dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Gambar
2.1. Pengaliran Limbah Cair Buangan PKS pada Areal Kebun Kelapa Sawit dengan
Sistem Aplikasi Lahan
Pada prinsipnya konsep pembuangan limbah
cair pabrik kelapa sawit ke areal perkebunan kelapa sawit seperti di jelaskan
diatas adalah suatu metode pemamfaatan limbah cair yang dapat berfungsi sebagai
pupuk sehingga dapat menghemat dalam pemupukan terhadap tanaman kelapa sawit,
dari aspek ekonomis metode ini sangat menguntungkan tetapi tetap harus
memperhatikan aspekkesehatan lingkungan dengan berpegang pada baku mutu sebelum
dialirkan ke parit-parit didalam kebun, Tidak dibenarkan pembuangan atau
mengalirkan tanpa memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengelolaan limbah
cair dari hasil produksi kelapa sawit. Pemanfaatan metode ini meliputi
pengawasan terhadap pemakaian limbah di areal, agar diperoleh keuntungan dari
segi agronomis dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan (Dirjen PHP, 2006).
·
Sistem Kolam (Ponding
System)
Pengolahan limbah cair dengan
menggunakan sistem kolam inimerupakan sistem yang lazimnya digunakan oleh
sejumlah pabrikkelapa sawit di Indonesia. Penggunaan sistem ini bertujuan
untukmenanggulangi masalah limbah cair pada unit pengolahan limbah cair,pengolahan
limbah cair buangan pabrik kelapa sawit yangmenggunakan sistem kolam (Ponding
System) secara umummembutuhkan lahan yang cukup luas untuk proses tahapan
sehinggadapat menghasilkan limbah cair akhir yang sesuai dengan nilai bakumutu
air limbah yang direkomendasikan.
Adapun
tahapan tersebut adalah:
a. Fat,
fit ( Kolam Pengumpulan Losis Minyak)
Pada
kolam ini minyak yang masih ada dan terikut padalimbah cair hasil proses
klarifikasi dapat diambil kembali.
b. Sludge
Recovery Pons (Kolam Pengendapan Lumpur)
Lumpur
yang berasal dari pabrik kelapa sawit yaitu serathalus dari Tandan Buah Segar
ikut serta dalam limbah cair,maka perlu dilakukan pengendapan.
c. Cooling
Tower (Menara Pendingin)
Menara
ini diperlukan untuk mendinginkan limbah cairbuangan agar proses selanjutnya
lebih mudah dilakukan, danjika masih ada sisa minyak didalamnya, dapat diambil
kembalipada kolam pendingin dan juga untuk proses pada kolamanaerob limbah cair
yang masih panas.
d. Cooling
Pond (Kolam Pendingin)
Kolam
ini merupakan lanjutan proses pendinginan darimenara pendingin, proses ini
dilakukan agar menghasilkan suhuyang sesuai untuk proses anaerobik dengan
memanfaatkanbakteri.
e. Mixing
Pond (Kolam Pencampur)
Air
limbah pada kolam ini mengalami asidifikasi, sehinggaair limbah yang mengandung
bahan organik lebih mudahmengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik.
Setelahhidrolisis sempurna, pH air limbah dinetralkan (pH 7,0-7,5), dankemudian
diteruskan pada proses selanjutnya.
f. Primary
An Aerobik (Kolam Anaerobik)
Pada
kolam ini limbah cair buangan pabrik kelapa sawit yang mengandung senyawa
organik kompleks seperti lemak, karbohidrat dan protein akan dirombak oleh
bakteri an aerobik menjadi asam organik dan selanjutnya menjadi gas metana,
karbohidrat dan air.
g. Secondary
An Aerobik Pond (Kolam Penyempurnaan Anaerobik)
Pada
kolam ini proses an aerobik yang belum sempurna dari kolam an aerobik primer
dilakukan penyempurnaan.
h. Facultative
Pond (Kolam Peralihan)
Kolam
ini merupakan kolam peralihan dari kolam an aerobik ke kolam aerobik. Pada
kolam ini proses an aerobik masih tetap berlanjut, yaitu menyelesaikan proses
yang belum terselesaikan pada anaerobik.
i.
Aerobik Pond (Kolam
aerobik)
Pada
kolam ini cairan limbah cair diperkaya kandungan oksigen dengan aerator,
oksigen ini diperlukan untuk proses oksidasi (proses aerobik) yang dilakukan
oleh bakteri aerobik.
j.
Stabilisation
Pada
kolam ini limbah cair sudah dibuang ke badan air, tetapi sebelumnya di
stabilisasi baik sifat fisik maupun sifat kimianya.
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah ditinjau dari pembuatan
makalah ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Tanaman
kelapa sawit merupakan tanaman yang dibudidayakan yang memerlukan kondisi
lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi
secara maksimal.
2. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan
tanah. Selain itu, faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit
adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknolgi.
3. Untuk teknik
panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak yang maksimum dengan
kualitas yang paling baik.
4. Buah yang
dipanen itu harus mencapai optimum kematangannya dengan selang panen yang
tepat, sesuai kriteria matangnya dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik
pengolahan buah sawit.
5. Rendemen
minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan
buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi merah oranye hingga
kematangan penuh.
6. Hasil panen
dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut ke
pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sait yang bermutu
tinggi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Departemen Perindustrian.
Jakarta Selatan.
Anonim.
2010. Chapter I & II Penelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Jurnal Teknik
Kimia. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dinas
Perkebunan Dati I Provinsi Sulawesi Tenggara. 1992. Budi Daya Kelapa Sawit.
Jayapura: Balai Informasi Irian Jaya
Djajadiningrat,
Surna T dan Famiola, Melia. 2004. Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan.
Bandung; Penerbit Rekayasa Sains
Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawadan R.
Hartono. 2004. KelapaSawit. EdisiRevisi.
Hidayanto,
M. 2008. Limbah Kelapa Sawit Sebagai Sumber Pupuk Organik dan Pakan Ternak.
Jurnal Pertanian, Kalimantan Timur.
http://hendrasagio.blogspot.com/2010/10/blog-post.html. Diakses
pada tanggal 14 febuari 2016
http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2122285-panen-kelapa-sawit/. Diakses
pada tanggal 14 febuari 2016
http://isroi.com/2009/07/29/foto-foto-sawit/. Diakses
pada tanggal 20 Maret 2012.
http://kabarsawit.wordpress.com/. Diakses
pada tanggal 14 febuari 2016
http://rony-bujangjumendang.blogspot.com/2012/01/manajemen-panen-kelapa-sawit-tujuan.html. Diakses
pada tanggal 14 febuari 2016
http://sawitgembala.blogspot.com/2010/08/kegiatan-panen-buah-segar-kelapa-sawit.html. Diakses
pada tanggal 14 febuari 2016
http://sawitku.wordpress.com/2009/10/31/berbagai-hasil-olahan-dari-kelapa-sawit/. Diakses
pada tanggal 14 febuari 2016
http://wwwbutonutara.blogspot.com/2011/09/kelapa-sawit-butur-untuk-kepentingan.html. Diakses
pada tanggal 14 febuari 2016
Irvan
Hulman, Herdhata Agusta dan Sudirman Yahya. 2009. Pengelolaan Limbah Kelapa
Sawit. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian
Menurung,
Renita. 2004. Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Untuk Mengolah Limbah Sawit.
Jurnal Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
Naibaho,
Ponten M., 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Medan: Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.
Rahardjo,
Petrus Nugro. 2009. Studi Banding Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Lingkungan 10 (1), Jakarta. Institut Pertanian
Bogor.
Suwarto dan
Octavianty, Y. 2010. Budi Daya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan. Jakarta: Penebar
Swadaya