Sabtu, 12 Maret 2016

makalah pasca panen kelapa sawit

MAKALAH
TEKNOLOGI PASCA PANEN

PANEN DAN PASCA PANEN
KELAPA SAWIT











DISUSUN OLEH :



                                                        AMUNULLAH
                                               




JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2016






KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa  Karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga kami mampu  menyusun dan menyelesaikan makalah kami ini yang berjudul “Panen Dan Pasca Panen Tanaman Kelapa Sawit”.
Di harapkan setelah teman-teman membaca makalah yang kami buat ini teman-teman sekalian di harapkan bisa menambah pengetahuan tentang proses  panen dan pasca panen tanaman kelapa sawit yang sebagai mana sering kita jumpai di sekitar kita.









     Penulis



KELOMPOK I






BAB I
PENDAHULUAN 
1.1    Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan  Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit.
Di Indonesia, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang banyak dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan besar, baik pemerintah maupun swasta. Bahkan masyarakat pun banyak bertanam kelapa sawit secara kecil-kecilan. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat cocok tumbuh di Indonesia. Jika Indonesia ditargetkan untuk menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, tentu orang-orang yang mengelolanya, mulai dari pembibitan, penanaman sampai ke teknik pengelolahan hasil panen harus berlaku profesional.
Pada awalnya bangsa Portugis mengenal tanaman kelapa sawit saat melakukan perjalanan ke Pantai Gading (Ghana). Mereka heran ketika menyaksikan penduduk setempat menggunakannya untuk memasak dan sebagai bahan kecantikan. Tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia dan daerah-daerah lain di Asia sebagai tanaman hias sekitar tahun 1848. Daerah pertama di Indonesia yang diketahui sangat cocok untuk membudidayakan tanaman kelapa sawit ini adalah Sumatera Utara.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dilakukan oleh beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit. Di pulau Sumatera saja hingga tahun 1920 sudah puluhan perusahaan perkebunan yang menanam kelapa sawit. Masa suram bagi tanaman kelapa sawit sempat terjadi pada waktu penjajahan Jepang, yang mengakibatkan kebun kelapa sawit diganti dengan tanaman pangan. Hal itu menyebabkan pabrik-pabrik pengolahan tidak lagi berproduksi.
Potensi areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman kelapa sawit. Upaya perluasan perkebunan komoditas kelapa sawit dilaksanakan dengan jangkauan daerah penanaman meluas ke luar dari daerah serta kelapa sawit sebelumnya, yaitu dengan membangun perkebunan-perkebunan baru di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Data menunjukkan kecendrungan peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit, khususnya perkebunan rakyat.
Produk akhir yang diharapkan dari budidaya kelapa sawit yaitu ton TBS ( Tandan Buah Segar ) yang tinggi. Untuk memperoleh hasil tersebut, maka harus dilakuakan persiapan dan teknik panen yang benar sesuai umur dan keadaan tanaman di lapangan.Kegiatan panen dilaksanakan pada tanaman muda,dewasa dan juga tanaman tua hingga tanaman berumur ± 25 tahun.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman multiguna. Tanaman kelapa sawit kini tersebar di berbagai daerah. Secara umum, dapat diindikasikan bahwa pengembangan perkebunan kelapa sawit masih mempunyai prospek harga, ekspor, dan pengembangan produk (Suwarto dan Octavianty, 2010). Kelapa sawit (Elaeis guinensis jacq.) adalah salah satu dari beberapa palma yang menghasilkan minyak untuk tujuan komersil. Minyak sawit selain digunakan sebagai minyak makan, dapat juga digunakan untuk industri sabun, lilin, dan dalam pembuatan lembaran-lembaran timah serta industri kosmetik (Dinas Perkebunan Dati I Irian Jaya, 1992).
Kelapa sawit merupakan salah satu penyumbang besar devisa Indonesia. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 7,3 juta hektar dengan rata-rata hasil produksi 3,27 juta ton/hektar (Fauzi dkk, 2012), sedangkan pada tahun 2012 luas perkebunan kelapa sawit mencapai 9 juta hektar (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013). Keuntungan lain yang didapat dari perkebunan kelapa sawit adalah mampu menciptakan lapangan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat. Dengan meninjau potensi tersebut perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan hasil minyak kelapa sawit yang berasal dari buah kelapa sawit. Salah satu usaha yang dilakukan adalah meningkatkan efisiensi dan mengurangi masalah panen perkebunan kelapa sawit.
Panen buah kelapa sawit di Indonesia masih dilakukan secara manual dan mengandalkan tenaga manusia. Cara panen buah kelapa sawit dilakukan dengan memotong tandan buah segar (TBS) dan memotong pelepah daun yang menghalangi proses pemotongan TBS. Saat ini Indonesia menggunakan 2 jenis alat panen tradisional, yaitu: dodos dan egrek. Dodos menggunakan pisau dengan bentuk chisel yang disambung dengan pipa panjang, sedangkan egrek menggunakan pisau dengan bentuk sickle atau arit yang disambung dengan pipa panjang. Dodos pada umumnya digunakan untuk pohon kelapa sawit dengan 2 ketinggian 2 – 5 m, sedangkan egrek, digunakan untuk pohon kelapa sawit dengan ketinggian 5 m atau lebih. Alat tradisional ini membutuhkan tenaga yang besar dari pengguna karena untuk memotong TBS dilakukan gerakan menusuk untuk dodos dan gerakan menarik untuk egrek (Fauzi dkk, 2012).
           











BAB III
PEMBAHASAN
3.1         Persiapan Panen
            Teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak maksimum dengan kualitas yang paling baik. Untuk mencapai jumlah minyak maksimum dengan kualitas yang paling baik perlu kematangan buah yang optimum, selang panen yang tepat, metode pengumpulan buah, dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik pengolahan buah sawit.
Aspek yang paling penting diperhatikan dalam panen dan pengangkutan buah adalah hal-hal yang mempengaruhi kualitas akhir dari minyak sawit, khususnya menyangkut kadar asam lemak bebas. Jadi, untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas tinggi sebaiknya dibuat persiapan panen yang baik.
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Agar panen berjalan lancar, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus dipersiapkan dan jalan pengangkutan hasil (pasar pikul) diperbaiki untuk memudahkan pengangkutan hasil panen dari kebun ke pabrik. Para pemanen juga harus mempersiapkan peralatan yang akan digunakan. Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar tandan buah segar (TBS) yang dipanen sudah matang, sehingga minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu baik.
 Sebelum tanaman memasuki masa panen, perlu dilakukan persiapan panen yang berguna untuk mendapatkan hasil dari produksi tanaman yang maksimal.
Persiapan panen biasanya dilakukan pada saat tanaman memasuki masa TBM akhir. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam persiapan panen yaitu :
a.      Kastrasi
Ablasi atau kastrasi adalah pekerjaan membuang bunga jantan maupun bunga betina yang masih muda karena buah yang dihasilkan belum ekonomis dan untuk memaksimalkan pertumbuhan vegetatif. Kastrasi dilakuakan sebanyak 5 rotasi yaitu pada umur 15-20 / bulan. Kastrasi juga bertujuan untuk menjaga kebersihan tanaman sehingga mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit seperti Tirathaba, Tikus dan Marasmius.
Pelaksanaan kastrasi:                                  
·                Semuabungajantandanbetinasampaiketinggian 30 cm di atastanahdibuang
·                Pelepahjanganterpotong
·                Bunga yang kecildipatahkandenganpengait
·                Bunga yang besardibuangdengan dodos
·                Bungadikumpulkandankalausudahkeringdibakar
b.      Pruning / Tunas Pasir
Pruning atau pemangkasan adalah pembuangan pelepah- pelepah yang sudah tidak produktif / pelepah kering pada tanaman kelapa sawit. Pruning / pemangkasan merupakan termasuk dalam kegiatan persiapan panen.
Pruning atau pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk :
1.              Memangkas pelepah yang sudah tidak produktif.
2.              Mempermudah di dalam proses pemanenan serta pengutipan  brondolan.
3.              Mempertahankan jumlah pelepah setiap pokoknya minimal 56-64 pelepah.
4.              Sanitasi ( Menjaga kebersihan ) tanaman agar tidak diserang oleh Hama & Penyakit.
Pruning perlu dilakukan untuk menjaga jumlah pelepah yang optimal yang berguna untuk tempat munculnya bunga & pemasakan buah. Pruning dilakukan setelah dilakukan kastrasi & tanaman sudah mulai memasuki tahap awal panen ( 6 bulan sebelum panen ).
    Teknis pruning dilakukan dengan cara :
·                Memangkas pelepah searah dengan arah spiral / letak alur pelepah.
·                Supaya hasil dari pangkasan terlihat rapi.
·                Memangkas pelepah yang tidak produktif, dengan ciri-ciri :
o     Pelepah yang sudah tua dan kering
o     Pelepah sudah tidak dijadikan pelepah songgo ( minimal songgo 2).
o     Memangkas pelepah secara mepet & tepat pada bagian bawah pangkal pelepah. Pelepah harus dipangkas mepet dengan tujuan untuk mencegah tersangkutnya brondolan pada pelepah.
o     Menyusun pelepah hasil sisa pangkasan di Gawangan Mati atau disusun di antara pokok tanaman & dipotong menjadi 3 bagian.
c.       Piringan
Piringan merupakan daerah yang berada di sekitar pokok kelapa sawit yang berbentuk lingkaran. Pada setiap pokok kelapa sawit harus dibuat piringan dengan Tujuan :
·                Memudahkan dalam proses pemanenan.
·                Memudahkan dalam pengutipan brondolan & perawatan tanaman
        Dalam pembuatan piringan biasanya dilakukan secara manual terlebih dahulu setelah itu dilakukan secara chemis. Dengan manual biasanya untuk membentuk piringan pada pokok sesuai dengan diameter yang di tentukan,dengan membabat gulma yang tumbuh di sekitar piringan dan menggaru nya menggunakan cangkul.
Lebar piringan menurut umur sawit :   
·                Tanaman umur 2-6 bulan lebar piringan jari jari 60 cm
·                Tanaman umur 6-12 bulan lebar piringan jari jari 75 cm
·                Tanaman umur 12-24 bulan lebar piringan jari jari 100 cm
·                Tanaman umur 24-36 bulan lebar piringan jari jari 100-125 cm
·                Tanaman umur lebih dari 24 bulan laebar piringan jari jari 200 cm  
d.      Pasar pikul
Pasar pikul yaitu: Jalan / akses panen yang di buat diantara dua  baris tanaman. Pembuatan pasar pikul dilakukan pada persiapan panen, sehingga dapat memudahkan didalam proses pemanenan, terutama pada proses pengangkutan TBS dari dalam blok ke TPH. Lebar pasar pikul pada umumnya adalah 1,5 m.Pasar pikul dapat dibuat dengan cara manual dan mekanik.Dengan cara manual menggunakan babat, sedangkan mekanik dengan menggunakan alat misalnya: dengan rotor slasher.
e.       Titi Panen
Titi panen merupakan titian yang di buat sebagai jalan untuk menyebrangi parit dari jalan Collection menuju ke dalam blok. Titi panen ini hanya di gunakan pada kondisi lahan yang antara  TPH & pasar pikul terpisahkan oleh parit. Titi panen ini biasanya digunakan pada kondisi lahan Low land, titi panen ini biasa di letakkan pada setiap pasar pikul yang terpisahkan oleh parit.




f.       TPH
Tempat pengumpulan hasil ( TPH ) yaitu: Tempat yang di gunakan untuk meletakkan & menyusun buah hasil dari pemanenan. Tiap 1 ha biasanya terdapat 3 buah TPH.Tujuan dari pembuatan TPH yaitu:
·                Memudahkan dalam perhitungan jumlah janjang yang telah di panen.
·                Mempermudah dalam proses pengangkutan buah.
Dalam pembuatan TPH dalam suatu blok dilakukan ketika tanaman akan memasuki masa produksi. Pembuatan TPH dilakukan dengan cara : Meratakan tanah yang akan di buat TPH, bentuk dari TPH yaitu: persegi dengan ukuran 3 x 3 m.
g.      Persiapan Alat Kerja
Dalam kegiatan panen Tanaman Kelapa Sawit, hal utama yang paling di butuhkan oleh para pemanen yaitu: Alat kerja yang sering digunakan pada kegiatan panen adalah :
1.             Dodos
2.             Gancu
3.             Angkong
4.             Batu asah
5.             Goni untuk tempat mengumpulkan brondolan
6.             APD ( Alat Pelindung Diri ) seperti helm, sepatu boot, sarung tanagan dsb.
Alat yang digunakan dalam pemanenan tandan sawit tidak selalu sama, tetapi berbeda menurut umur tanaman kelapa sawit. Adapun pembagian alat panen adalah sebagai berikut :
·                Dodos kecil     (8 cm)                 : umur tanaman 3-4 tahun
·                Dodos besar    (14 cm)               : umur tanaman 4-8 tahun
·                Egrek Fiber 1 batang (6 m)        : umur tanaman 9-15 tahun
·                Egrek Fiber 2 batang (12 m)      : umur tanaman 16-20 tahun
 





3.2     Kriteria Tanaman Menghasilkan
         Buah sawit yang dapat dipanen adalah buah yang matang. Buah sawit memerlukan waktu lebih kurang 5,5 – 6 bulan untuk dapat terbentuk dari bunga menjadi tandan buah sawit yang matang dan dapat dipanen.Tanaman kelapa sawit umumnya akan memasuki masa TM setelah umur 30-36 bulan tergantung varietas dan pemeliharaan. Suatu areal sudah dapat dipanen apabila :                  
A.           Kerapatan Matang Panen (KMP)
Kerapatan panen adalah angka persentase jumlah pohon yang memiliki tanda buah yang sudah matang panen dalam suatu areal pertanaman belum menghasilkan (TBM). Untuk mengetahui kerapatan panen tersebut, maka dilakukan pemeriksaan dan pencatatan jumlah pohon yang sudah memiliki tandan buah matang panen dari setiap petak tanaman yang terdapat dalam areal TBM tersebut. Bila terdapat lebih dari 60% atau lebih pohon yang mempunyai tandan matang panen, maka petak tersebut dinyatakan menjadi tanaman menghasilkan (TM).
B.           Bobot rata-rata tandan
Setiap tandan yang sudah matang panen diambil secara acak dari setiap hektar tanaman kemudian ditimbang. Jika rata-rata bobot telah lebih dari 3 kg maka panenan dapat dilakukan dan diteruskan dengan pemeriksaan penyebaran panen. Bila bobot rata-rata tandan masih di bawah 3 kg, panen harus ditangguhkan, karena tandan kecil secara teknik tidak dapat diolah pabrik sehingga tidak mempunyai nilai ekonomis.
C.           Kerapatan sebaran panen
Kerapatan sebaran panen adalah angka yang menyatakan jumlah pohon yang telah memiliki tandan matang panen dalam baris tanaman pada satu petak (blok) tanaman sawit. Angka ini penting diketahui untuk efisiensi pemanenan, karena menyangkut jarak (ruang) dan waktu yang dibutuhkan untuk memanen.




D.           Derajat Kematangan Buah
Mutu minyak buah biasanya dinyatakan sebagai persentase minyak tandan. Untuk tujuan praktis disebut rendemen minyak atau nisbah ekstraksi. Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi merah oranye hingga terjadi kematangan penuh.
1.                       Kriteria matang panen
Faktor yang vital adalah konversi karbohidrat menjadi minyak di mesokrap berlangsung pada stadia akhir perkembangan buah. Seminggu sebelum masak hanya 80% minyak dari potensi total minyak dalam mesokrap, sintesis minyak berlangsung terus sebelum buah tanggal dari tandan (membrondol). Penurunan atau peningkatan yang nyata dari kandungan minyak setelah buah membrondol dan sebelum membusuk ditandai oleh perubahan ciri-ciri jaringan mesokrap.
Kadar minyak tertinggi terdapat pada saat buah membrondol, seyogianya untuk mengoptimalkan hasil adalah mengutip buah yang membrondol, tetapi hal ini tidak praktis dan tidak ekonomis, karena tandan buah akan matang keseluruhannya selama 15 hari sesudah brondolan pertama. Karena tandan kecil yang lebih cepat membrondol daripada tandan yang besar. Maka jika panenan ditunggu hingga semua atau hampir semua buah membrondol, pembusukan buah yang terlebih dahulu masak mulai terjadi dan dapat menurunkan kualitas dan kuantitas. Di sisi lain, jika pemanenan dilakukan sejak buah yang pertama membrondol, maka kadar asam lemak bebas (ALB) rendah pada minyak maupun inti.
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabilan pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung asam lemak bebas (ALB) dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, bila pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALBnya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.
Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa tingkatan dari tandan buah segar (TBS) yang dipanen. Tingkatan TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan.


Tabel. Tingkatan TBS yang dipanen
Tingkat
Jumlah Brondolan
Kematangan
0.
1.
2.
3.
4.
5.
1-12,5% buah luar membrondol
12,5-25% buah luar membrondol
25-50% buah luar membrondol
50-75% buah luar membrondol
75-100% buah luar membrondol
Buah dalam juga membrondol
Mentah
Kurang matang
Matang I
Matang II
Lewat matang I
Lewat matang II
Sumber: Pusat Penelitan Marihat, 1983
Jadi, berdasarkan tingkat TBS yang dipanen tersebut di atas, maka derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada tingkat 1,2, dan 3.
Secara ideal dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya brondolan serta pengangkutan yang lancar, maka dalam suatu panenan akan diperoleh komposisi tingkat tandan segar sebagai berikut.
1.            Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25% dari berat tandan seluruhnya.
2.            Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan.
3.            Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 1 maksimal 20% dari jumlah tandan.
4.            Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan.
Untuk memperoleh tingkat kematangan tandan perlu diatur frekuensi panen atau putaran panen di suatu kebun. Dalam keadaan yang tidak terhindarkan, dapat saja hasil panenan dari tingkat kematangan tandan yang lebih tinggi, sehingga komposisi tandan buah segar (TBS) dengan tingkat kematangan (3 dan 4) : 65%, mulai matang (2) : 20%, dan lewat matang (5) : 15%. Dengan komposisi demikian akan diperoleh produksi minyak maksimum dengan biaya minimum dan asam lemak bebas (ALB) masih berada di bawah 5%.




2.    Frekuensi panen
Untuk memperoleh keseragaman kematangan pada standar yang dikehendaki, maka suatu areal pertanaman harus dipanen setiap hari. Karena hal seperti ini tidak ekonomis, maka perlu diadakan putaran atau rotasi panen.
Untuk menentukan selang atau interval panen yang tepat perlu dievaluasi kekurangan setiap panen serta kualitas dan kuantitas maksimum. Sebaiknya memanen tidak perlu terlalu singkat dan terlalu lama untuk memperoleh kuantitas dan kualitas hasil serta biaya panen yang optimal. Umumnya putaran panen yang dianjurkan adalah 7-10 hari. Jika selang waktu kurang dari 7 hari, banyak buah kurang matang; tetapi jika selang waktu lebih dari 10 hari, maka banyak buah kelewat matang; sehingga tandan buah segar tidak merata matangnya.
3.2              Panen
 Hal- hal yang di lakukan dalam kegiatan panen yaitu :
1.            Ancak Panen
Dalam pengelolaan areal yang cukup luas, pelaksanaan panen harus di atur dengan pembagian arel pada suatu blok.
Ancak panen adalah suatu arel dengan luas tertentu yang di kelompokkan dalam satu hari panen, yang di beri urutan nomor pada suatu blok. Pembagian ancak panen dengan tujuan :
·                Untuk mempermudah pengawasan para pemanen.
·                Para pemanen telah mempunyai lokasi masing- masing untuk di panen.
·                Mempermudah pemberian sanksi untuk para pemanen.
·                Mudah dilakukan pemeriksaan panen.
Pembagiaan ancak panen pada suatu blok di sesuaikan dengan arel / luas lahan yang akan di bagi sesuai dengan jumlah pemanen yang di butuhkan. System pembagian ancak pemanen , meliputi :
a.       Ancak Tetap
Yaitu : pemanen dan lokasi tetap tidak perlu di giring ke arah tertentu. Kebaikan ancak tetap yaitu :     Pemanen tidak  berpindah pindah sehingga penggunaan waktu lebih efektif dan pencatatan TBS lebih mudah.



Kelemahan ancak tetap yaitu :
·                Adanya areal yang tidak terawasi oleh mandor,
·                Akan terjadi sebagian ancak yang tidak tembus , sementara di lain tempat ada yang kekurangan ancak,
·                Pengangkutan TBS ke TPH relatif lebih lambat.
b.      Ancak Giring
Adalah sistem ancak panen yang di lakukan dengan cara memberikan suatu ancak kepada pemanen setiap hari panen yang perpindahannya dari suatu ancak ke ancak berikutnya dengan cara digiring.
Kebaikan dari ancak ini yaitu :
·       Buah akan lebih cepat sampai di TPH
·       Ancak akan lebih bersih , karena pengawasan lebih efektif.
        Kelemahan ancak giring yaitu : perpindahan akan menambah beban waktu & jarak tempuh bagi pemanen serta kurangnya tanggung jawab para pemanen.
2.          Rotasi panen
Pada kegiatan panen hal penting yang tidak boleh di lupakan dalam proses pemanenan yaitu : Rotasi panen. Rotasi panen adalah jangka waktu antara pelaksanaan panen suatu hari tertentu dengan pelaksanaan panen berikutnya di lokasi yang sama.
Tujuan dari rotasi panen yaitu: Untuk memperoleh tandan sesuai dengan tingkat kematangan yang diinginkan. Dalam suatu blok yang di panen rotasi normal potongan buah adalah 6 / 7. Artinya 6 hari efektif dalam 7 hari. Jadi setelah 7 hari, pemanen harus memanen di blok/ daerah pertama dan begitu seterusnya.
3.          AKP  ( Angka Kerapatan Panen )
Tujuan dari AKP yaitu : Untuk mendapatkan estimasi jumlah janjang yang akan dipanen, untuk mengetahui jumlah tenaga kerja yang di butuhkan dan untuk menentukan angkutan yang di butuhkan.
 Cara mencari estimasi jumlah janjang dengan rumus sebagai berikut :
Estimasi janjang = AKP x Jumlah pokok panen



AKP dapat diperoleh dengan cara: Sensus buah. Sensus buah dilakukan 1 hari sebelum dilaksanakan pemanenan pada suatu blok. Dalam sensus Buah dilakukan dengan cara : Menentukan pokok yang akan dijadikan sebagai sampel, Menghitung jumlah buah yang membrondol pada pokok sampel.
Menghitung Persentase Kerapatan Buah, denagan rumus sebagai berikut :
AKP =    Jumlah Janjang x 100%
                Jumlah pokok
Kemudian setelah diketahui angka kerapatan panen dalam suatu blok, kerapatan juga bisa digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang di butuhkan. Menghitung kebutuhan Tenaga kerja, dengan rumus sebagai berikut:
Tenaga Kerja = Jumlah Tenaga x Persentase
      Basis ( Target )

Basis borong ( Kg TBS/Hk ) ditetapkan berdasarkan potensi tanaman dalam RKAP tahun berjalan dan topografi areal.Berikut adalah BB untuk areal rata
Potensi ( Ton/ha/thn)
Semester I
Semester II
Rata-rata
<8
320
380
350
8-10
410
490
450
10-12
450
550
500
12-15
540
660
600
15-18
590
710
650
>18
630
770
700











4.          Teknis Panen
Pada kegiatan panen ini hal penting yang tidak boleh dilupakan dalam proses pemanenan yaitu : Teknis Panen. Teknis Panen dilakukan dengan cara :
·         Mengambil buah matang
·         Yaitu : buah yang siap panen yang telah membrondol antara 3-5 brondolan pada setiap pokok.
·         Memotong tangkai buah atau tandan sampai mepet ke batang.membentuk huruf V.
·         Setelah janjangan di turunkan, Brondolan yang terlepas dari janjangan & berserak di piringan harus di kutip hingga bersih & di kumpulkan dalam karung.
·         Buah / janjang yang telah terkumpul kemudian di susun di TPH menggunakan angkong & tangkai tandan yang masih panjang harus di                            potong cangkem kodok < 3 cm dan ditulis nomor pemanennya. Gagang yang terlalu panjang dapat menimbulkan kerugian minyak.                                      
·         Tandan buah yang telah tersusun di TPH harus di hitung sebelum pengangkutan ke PKS.
Hancak perlu di periksa untuk memastikan tidak ada buah tinggal di pokok maupun di gawangan, serta brondolan yang belum di kutip. Dalam proses pemanenan perlu adanya organisasi panen yang bertujuan untuk memudahkan dalam pengawasan & pembagian / distribusi kerja.
Petugas yang terkait dalam pelaksanaan panen adalah :
·           Mandor panen
Seorang mandor panen membawahi 15-20 pemanen.Tugas mandor panen adalah mengatur ancak pemanen sehingga dalam setiap hari panen ancak dapat di    selesaikan dan memeriksa ketuntasan ancak dan buah setiap hari.
                




  
3.3              Pengolahan Hasil Panen
Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sawit yang bermutu tinggi. Proses pengolahan hasil panen ini berlangsung cukup panjang, dimulai dari pengangkutan TBS dari lahan pertanaman ke pabrik pengolahan sampai menghasilkan minyak kelapa sawit dan hasil sampingannya.
Hasil olahan utama TBS pada pabrik pengolahan adalah:
1.             Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah,
2.             Minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.
A.              Pengangkutan TBS ke Pabrik Pengolahan
Tandan buah segar (TBS) yang baru dipanen harus segera diangkut ke pabrik dapat segera diolah. Buah yang tidak dapat segera diolah akan mengalami kerusakan atau akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas tinggi, sehingga sangat berpengaruh tidak baik terhadap kualitas minyak yang dihasilkan.
Salah satu upaya untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas adalah pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepatnya dan menggunakan alat angkut yang baik, seperti lori, traktor gandengan, atau truk. Sebaiknya dipilih alat angkut yang besar, cepat, dan tidak terlalu banyak membuat guncangan selama dalam perjalanan. Hal ini untuk menjaga agar perlukaan pada buah tidak terlalu banyak.
TBS yang sudah diterima dari kebun dan sudah ditimbang harus secepat mungkin masuk pengolahan tahap pertama agar gradasi mutu dapat ditekan sekecil mungkin, yaitu tahap perebusan atau sterilisasi tanda buah. Hasil terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang dari ekstraksi daging buah (pericarp). Hasil lain yang tidak kalah penting adalah minyak inti sawit atau kernel yang juga diperoleh dengan cara ekstraksi.
Pertama tandan buah diletakkan di piringan Buah yang lepas di satukan dan dipisahkan dari tandan. Kemudian tandan buah dibawa ke Tempat Pengumpulan Buah (TPH) dengan truk tanpa ditunda. Di TPH tandan diatur berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen.
Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke mesin pelpas buah, dilumatkan didalam digester, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya.
Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1.      Perebusan (sterilisasi) TBS
TBS yang masuk kedalam pabrik selanjutnya direbus di dalam sterilizaer. Buah direbus dengan tekanan 2,5-3 atm dan suhu 130C selama 50-60 menit. Tujuan perebusan TBS adalah:
Menonaktifkan enzim lipase yang dapat menstimulir pembekuan freefatty acid
Membekukan protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan dari air
Mempermudah perontokan buah
Melunakkan buah sehuingga  mudah diekstraksi
2.      Periontokan buah
Dalam tahap ini buah selanjutnya dipisahkan dengan menggunakan mesintresher. Tandan kosong disalurkan ke temapat pembakaran  atau digunakan sebagai bahan pupuk organic. Sedangkan buah yang telah dirontokkan selanjutnya dibawa kemesin pelumatan. Selama proses perontokan buah, minyakl dan kernel yang terbuang sekitar 0,03%
3.      Pelumatan  buah
Proses pelumatan buah adalah dengan memotong dan mencacah buah di dalamsteam jacket yang dilengkapi dengan pisau berputar. Suhu didalam steam jacket sekitar 85-90oC.
Tujuan dari pelumatan buah adalah:
Menurunkan kekentalan minyak, membebaskan sel-sel yang mengandung minyak dari serat buah, menghancurkan dinding sel buah sampai terbentuk pulp
4.      Pengempaan (ekstraksi minyak sawit).
Proses pengempaanb bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan melarutkan sisa-sisa minyak yang terdapat didalam ampas. Proses pengempaan  dilakukan dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp yang dicampur dengan air yang bersuhu 95oC.  Selain itu proses ekstraksi minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi, bahan pelarut dan tekanan hidrolis.
5.      Pemurnian (klarifikasi minyak )
Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari mesin ekstraksi minyak sawit umumnya masih mengandung kotoran berupa tempurung, serabut dan air ekitar 40-45% air. Untuk itu perlu dilakukan pemurnian minyak kelapa sawit. Presentase minyak sawit yang dihasilkan dalam oproses pemurnian sekitar 21%. Proses pemurnian minyak kelap sawit terdiri dari beberapa tahapan yaitu
a. pemurnian minyak di dalam tangki pemisah (clarification tank)
prinsip dari proses pemurnian minyak di dalam tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran  minyak kasar dapat terpisah dari air.
b. Sentrifugasi minyak
dalam tahap ini minyak dimurnikan dari berbagai macam kotoran yang lebih halus lagi. Hasil akhir dari proses sentrifugasi ini adalah minyak dengan kadar kotoran kurang dari0,01%
c. Pengeringan hampa
Dalam tahap ini kadar air diturunkan sampai 0,1%. Proses penngeringan hampa dilakukan dalam kondisi suhu 95oC dan tekanan-75cmHg.
d. Pemurnian minyak dengan tangki lumpur
Proses pemurnian didalam tangki lumpur bertujuan untuk memisahkan minyak dari lumpur.
e. Strainer
Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari sampah halus
f. precleaner
proses precleaner bertujuan untuk memisahkan pasir pasir harus dari sludge.
g. Sentrifugasi lumpur
Dalam tahap ini minyak dimurnikan kembali dari air dan kotoran. Prinsip yang digunakan adalah dengan memisahkan bahan berdasarkan berat jenis masing-masing bahan.
h. Setrifugasi pemurnian minyak
Tahap ini hampir sama dengan sentrifugasi lumpur, hanya putaran sentrifugasi lebih cepat.

6.    Pemberian merek
Nama barang jenis mutu, identitas penjual, produce of Indonesia,  berat bersih, nomor karung, identitas pembeli, pelabuhan/negara tujuan.
3.4  Limbah Kelapa Sawit
Limbah kelapa sawit adalah sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam product utama yang merupakan hasil ikutan pada proses pengolahan kelapa sawit. Berdasarkan tempat pembentukannya, limbah kelapa sawit dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu limbah perkebunan kelapa sawit dan limbah industri kelapa sawit.
1.      Limbah perkebunan kelapa sawit
a.        Limbah padat
Limbah padat kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan serta peremajaan saat panen kelapa sawit. Jenis limbah ini antara lain kayu, pelepah daun, dan gulma. Dalam satu tahun setiap satu hektar perkebunan kelapa sawit rata-rata menghasilkan limbah pelepah daun sebanyak 10,4 ton bobot kering. Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Limbah padat mempunyai ciri khas pada komposisinya. Komponen terbesar dalam limbah padat tersebut adalah selulosa, disamping komponen lain meskipun lebih kecil seperti abu, hemiselulosa dan liqnin. Selainitu limbah padat lainnya adalah serat sisa perasan buah sawit dan tempurung/cangkang kelapa sawit
2.      Limbah industri kelapa sawit
a.      Limbah padat
Limbah padat perkebunan kelapa sawit ialah tangkos kelapa sawit yang sudah di pisahkan dari buahnya.

b.      Limbah cair
Limbah cair pabrik kelapa sawit merupakan salat satu produk samping berupa buangan dari pabrik pengolahan kelapa sawit yang berasal dari :
1.      Hasil kondensasi uap air pada unit pelumatan ( digester) dan unit pengempaan (pressure). Injeksi uap air pada unit pelumatan bertujuan mempermudah pengupasan daging buah, sedangkan injeksi uap bertujuan mempermudah pemerasan minyak. Hasil kondensasi uap air pada kedua unit tersebut dikeluarkan dari unit pengempaan.
2.      Kondensat dari depericarper, yaitu untuk memisahkan sisa minyak yang terikut bersama batok/cangkang.
3.      Hasil kondensasi uap air pada unit penampung biji/inti. Injeksi uap kedalam unit penampung biji bertujuan memisahkan sisa minyak dan mempermudah pemecahan batok maupun inti pada unit pemecah biji.
4.      Kondensasi uap air yang berada pada unit penampung atau penyimpan inti.
5.      Penambahan air pada hydrocyclone (claybath) yang bertujuan mempermudah pemisahan serat dari cangkang.
6.      Penambahan air panas dari saringan getar, yaitu untuk memisahkan sisa minyak dari ampas.Apabila limbah tersebut langsung dibuang ke sungai maka sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan, mengonsumsi oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang sangat tajam, dan dapat merusak daerah pembiakan ikan. Oleh karena itu industri kelapa sawit melakukan suatu perlakuan terhadap limbah cairnya sebelum dibuang kebadan air sehingga mengurangi pencemaran limbah cair PKS pada badan air. Limbah cair PKS mengandung padatan melayang dan terlarut maupun emulsi minyak dalam air.

c.       Limbah gas
Industri kelapa sawit selain menghasilkan limbah padat dan cair,juga menghasilkan limbah bahan gas. Limbah bahan gas ini antara lain dari gas cerobong dan buangan uap air pada saat perebusan.

3.5  Pengolahan Limbah Kelapa Sawit
1.      Pengolahan Limbah Padat Industri Kelapa Sawit
a.       Tandan Kosong Sawit (TKS) sebagai Kompos dan Pupuk Organik
Kompos merupakan limbah padat yang mengandung bahan organik yang telah mengalami pelapukan, dan jika pelapukannya berlangsung dengan baik disebut sebagai pupuk organik. Limbah yang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kompos disini adalah tandan kosong sawit
b.      Pembuatan Papan Partikel dari Sabut Kelapa Sawit
Sabut kelapa sawit merupakan salah satu limbah terbesar yang dihasilkan dalam proses pengolahan minyak sawit. Kebanyakan limbah berupa sabut ini biasanya hanya dijadikan bahan bakar, dibuang atau ditimbun di dalam tanah saja.Sabut kelapa sawit ini bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan papan partikel yang berarti bisa mengatasi masalah pembuangan limbah sabut kelapa sawit sekaligus memberikan nilai tambah secara ekonomi. Minyak yang terdapat pada sabut kelapa sawit dapat mengganggu proses perekatan dalam pembuatan papan partikel. Oleh karena itu kadar minyak harus dikurangi seminimal mungkin. Pengurangan kadar minyak dapat dilakukan salah satunya dengan memasak sabut kelapa sawit dalam larutan NaOH 10% selama 1 jam.
c.       Pembuatan Pulp dari Sabut Kelapa Sawit
Kertas adalah salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan modern. Peranannya sangat penting baik dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kebudayaan maupun untuk keperluan industri, rumahtangga serta keperluan lain yang sesuai dengan kemajuan zaman. Pemanfaatan sabut kelapa sawit merupakan alternatif bahan baku bagi pabrik-pabrik kertas untuk hasilkan kertas HVS, doorslag, manila, karton, duplicator/cycto style dll.
d.      Batang dan pelepah sawit untuk pakan ternak
Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Hasil penelitian, menunjukkaan pelepah sawit menjadi produk silase tidak meningkatkan kecernaan, namun jika menambahkan urea sebanyak 3 - 6% akan meningkatkan kandungan protein bahan dari 5,6 menjadi 12,5 atau 20%.
2.      Pengolahan Limbah Cair Buangan Industri Kelapa Sawit
Limbah buangan pabrik kelapa sawit terdiri dari limbah padat danlimbah cair. Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit merupakan limbahyang mengandung padatan terlarut dan emulsi minyak di dalam air dansenyawa organik. Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit dapatdikelompokkan
a.       Low polluted effluent
Low polluted effluent adalah limbah cair yang tidak berdampakpada lingkungan sehingga tidak memerlukan perlakuan khusus dalampengelolaannya. Dalam konteks pabrik kelapa sawit tersebut, hanyamemiliki suhu di atas rata-rata (40-800C), sedangkan parameter lainmemenuhi persyaratan, sehingga limbah cair ini hanya membutuhkanproses pendingin secara alami saja, sebelum di buang ke lingkungan.Low polluted effluent bersumber dari kegiatan boiler (berupa air blowdown dan regenerasi), turbin (sisa air pendingin), serta kondensat sisauap pemanas dan air dari proses pencucian.
b.      High polluted effluent
High polluted effluent adalah limbah cair yang sangatberdampak terhadap lingkungan, sehingga memerlukan perlakuankhusus sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah ini mempunyaikarakteristik BOD, COD, TSS, pH dan paramter lain yang tidakmemenuhi persayaratan. High polluted effluent bersumber dari prosessterilisasi (berupa kondesat rebusan), klarifikasi (berupa air bercampurlumpur dan minyak), hydrocylone (air pemisah kernel dan cangkang). Salah satu bentuk teknik pengendalian dan pengeporasian limbah cair buangan pabrik kelapa sawit adalah dengan melakukan bio degradasi terhadap komponen organik menjadi senyawa organik sederhana dalam kondisi anaerob sehingga baku mutu limbah cair dapat disesuaikan dengan daya dukung lingkungan. Proses pengolahan limbah cair secara umum dapatdilakukan dalam beberapa metode atau sistem yaitu mencakup sistem aplikasi lahan, sistem kolam dan sistem kolam dengan elektrokoagulasi:
·         Sistem Aplikasi Lahan (Land Application)
Sistem ini hanya menggunakan kolam limbah cair untuk proses pengolahannya, selanjutnya hasil akhir dimanfaatkan ke areal tanamanyang dapat dijadikan sebagai susitusi pemupukan kedalam lahan-lahantanaman yang telah dibuat sedemikian rupa dalam bentuk sistem distribusinya limbah cairSecara skematis dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
Description: C:\Users\Win8\Documents\amii\images.jpg
Gambar 2.1. Pengaliran Limbah Cair Buangan PKS pada Areal Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Aplikasi Lahan
Pada prinsipnya konsep pembuangan limbah cair pabrik kelapa sawit ke areal perkebunan kelapa sawit seperti di jelaskan diatas adalah suatu metode pemamfaatan limbah cair yang dapat berfungsi sebagai pupuk sehingga dapat menghemat dalam pemupukan terhadap tanaman kelapa sawit, dari aspek ekonomis metode ini sangat menguntungkan tetapi tetap harus memperhatikan aspekkesehatan lingkungan dengan berpegang pada baku mutu sebelum dialirkan ke parit-parit didalam kebun, Tidak dibenarkan pembuangan atau mengalirkan tanpa memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengelolaan limbah cair dari hasil produksi kelapa sawit. Pemanfaatan metode ini meliputi pengawasan terhadap pemakaian limbah di areal, agar diperoleh keuntungan dari segi agronomis dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan (Dirjen PHP, 2006).
·         Sistem Kolam (Ponding System)
Pengolahan limbah cair dengan menggunakan sistem kolam inimerupakan sistem yang lazimnya digunakan oleh sejumlah pabrikkelapa sawit di Indonesia. Penggunaan sistem ini bertujuan untukmenanggulangi masalah limbah cair pada unit pengolahan limbah cair,pengolahan limbah cair buangan pabrik kelapa sawit yangmenggunakan sistem kolam (Ponding System) secara umummembutuhkan lahan yang cukup luas untuk proses tahapan sehinggadapat menghasilkan limbah cair akhir yang sesuai dengan nilai bakumutu air limbah yang direkomendasikan.
Adapun tahapan tersebut adalah:
a.       Fat, fit ( Kolam Pengumpulan Losis Minyak)
Pada kolam ini minyak yang masih ada dan terikut padalimbah cair hasil proses klarifikasi dapat diambil kembali.
b.      Sludge Recovery Pons (Kolam Pengendapan Lumpur)
Lumpur yang berasal dari pabrik kelapa sawit yaitu serathalus dari Tandan Buah Segar ikut serta dalam limbah cair,maka perlu dilakukan pengendapan.
c.       Cooling Tower (Menara Pendingin)
Menara ini diperlukan untuk mendinginkan limbah cairbuangan agar proses selanjutnya lebih mudah dilakukan, danjika masih ada sisa minyak didalamnya, dapat diambil kembalipada kolam pendingin dan juga untuk proses pada kolamanaerob limbah cair yang masih panas.
d.      Cooling Pond (Kolam Pendingin)
Kolam ini merupakan lanjutan proses pendinginan darimenara pendingin, proses ini dilakukan agar menghasilkan suhuyang sesuai untuk proses anaerobik dengan memanfaatkanbakteri.
e.       Mixing Pond (Kolam Pencampur)
Air limbah pada kolam ini mengalami asidifikasi, sehinggaair limbah yang mengandung bahan organik lebih mudahmengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik. Setelahhidrolisis sempurna, pH air limbah dinetralkan (pH 7,0-7,5), dankemudian diteruskan pada proses selanjutnya.
f.       Primary An Aerobik (Kolam Anaerobik)
Pada kolam ini limbah cair buangan pabrik kelapa sawit yang mengandung senyawa organik kompleks seperti lemak, karbohidrat dan protein akan dirombak oleh bakteri an aerobik menjadi asam organik dan selanjutnya menjadi gas metana, karbohidrat dan air.
g.      Secondary An Aerobik Pond (Kolam Penyempurnaan Anaerobik)
Pada kolam ini proses an aerobik yang belum sempurna dari kolam an aerobik primer dilakukan penyempurnaan.
h.      Facultative Pond (Kolam Peralihan)
Kolam ini merupakan kolam peralihan dari kolam an aerobik ke kolam aerobik. Pada kolam ini proses an aerobik masih tetap berlanjut, yaitu menyelesaikan proses yang belum terselesaikan pada anaerobik.
i.        Aerobik Pond (Kolam aerobik)
Pada kolam ini cairan limbah cair diperkaya kandungan oksigen dengan aerator, oksigen ini diperlukan untuk proses oksidasi (proses aerobik) yang dilakukan oleh bakteri aerobik.
j.        Stabilisation
Pada kolam ini limbah cair sudah dibuang ke badan air, tetapi sebelumnya di stabilisasi baik sifat fisik maupun sifat kimianya.















BAB IV
KESIMPULAN
Setelah ditinjau dari pembuatan makalah ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.      Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang dibudidayakan yang memerlukan kondisi lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal.
2.      Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknolgi.
3.      Untuk teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak yang maksimum dengan kualitas yang paling baik.
4.      Buah yang dipanen itu harus mencapai optimum kematangannya dengan selang panen yang tepat, sesuai kriteria matangnya dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik pengolahan buah sawit.
5.      Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi merah oranye hingga kematangan penuh.
6.      Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sait yang bermutu tinggi










DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Departemen Perindustrian. Jakarta Selatan.

Anonim. 2010. Chapter I & II Penelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Kimia. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dinas Perkebunan Dati I Provinsi Sulawesi Tenggara. 1992. Budi Daya Kelapa Sawit. Jayapura: Balai Informasi Irian Jaya

Djajadiningrat, Surna T dan Famiola, Melia. 2004. Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Bandung; Penerbit Rekayasa Sains

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawadan R. Hartono. 2004. KelapaSawit. EdisiRevisi.

Hidayanto, M. 2008. Limbah Kelapa Sawit Sebagai Sumber Pupuk Organik dan Pakan Ternak. Jurnal Pertanian, Kalimantan Timur.

http://hendrasagio.blogspot.com/2010/10/blog-post.html. Diakses pada tanggal 14 febuari 2016


http://isroi.com/2009/07/29/foto-foto-sawit/. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.
http://kabarsawit.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 14 febuari 2016





Irvan Hulman, Herdhata Agusta dan Sudirman Yahya. 2009. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian

Menurung, Renita. 2004. Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Untuk Mengolah Limbah Sawit. Jurnal Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
Naibaho, Ponten M., 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Rahardjo, Petrus Nugro. 2009. Studi Banding Teknologi Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Lingkungan 10 (1), Jakarta. Institut Pertanian Bogor.



Suwarto dan Octavianty, Y. 2010. Budi Daya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan. Jakarta: Penebar Swadaya